Seleraku....

Hari ini, aku merindukan tempat kelahiranku, manusia disini sangat individualistik. Aku teringat jalan-jalan sunyi di kota kecil itu, disini terlalu bising dan ramai. aku ingin menghabiskan sore sambil menikmati sunset di pantai Ni’u (my sweet place), disini pantai tak terlihat.aku bosan tahu tempe telor!!! laut disini sepertinya nggak ada ikannya, pada kabur kali ya? aku ingin melahap bandeng bakar segar (makanan favorit gue), ikan laut yang melimpah, cumi-cumi yang kenyal, udang yang,,hmmmm...uenaaknya!!
ya, hanya bisa menikmati dalam khayalan. Pulang?? tidak, itu adalah sebuah pantangan. Aq kembali teringat pesan Ibuku, nasehat senior-seniorku, harapan teman-temanku...(lebay.com).
Dan aku hanya bisa bersabar (cie....), karna aku percaya, semua akan indah pada waktunya! (ehmmm....!). Aku tidak bermaksud mencela semua keadaan di Jogja, aku cuma kangen suasana Mbozoic! Bukannya aku tidak bersyukur karena makan 3T (tahu tempe telor), sebagai dou mbojo asli, wajar lidahku g bisa terima makanan ini terus.... (sedih cem).
Bicara tentang makanan, aku ingat k Ikhlas, dan teman-teman di Solo. K Ikhlas bahkan sampai kurus pada masa-masa awal di Jogja. Dia g biasa makan tempe, cuma suka tahu, g suka makan telor goreng, maunya telor rebus. G suka beli makanan diluar karena ke-manis-an, maunya uta mbeca saronco! G terlalu suka makan ikan air tawar, amis. G suka telor asin, pokoknya banyak g sukanya deh! Terkadang susah juga ya jadi dou Mbojo...
tetapi sebenarnya terserah kita sendiri mau memilih yang mana, kalo ngomong enak dan g enak ketika hidup di rasa dou, ya dienakin aja coy! Namanya juga rasa dou!
Aku menulis ini hanya sebagai UNGKAPAN RASA KANGENKU SAMA MASAKAN MBOJO.

Read More..
posted under | 0 Comments

Kolam Cinta

Kali ini kita bicara tentang CINTA. Tema universal ini memang tidak akan pernah bosan dan usang untuk dibahas. Tapi di sini saya tidak ingin membicarakan tentang keromantisan cinta seorang laki-laki dan perempuan. Lihatlah ke sekitar kita, sangat banyak cinta yang telah kita peroleh. Cinta dari kedua orang tua kita, kakak dan adik kita, sahabat-sahabat, guru, tetangga, bahkan dari orang-orang yang tidak pernah kita duga sebelumnya, mereka senantiasa memberikan cintanya kepada kita. Sebagian mungkin tidak tercetus secara lisan, tapi getaran itu tetap tertangkap melalui tindakan mereka, dan mewarnai hari-hari kita. Bahkan dari makhluk selain manusia pun, kita senantiasa mendapatkan cinta itu.

Ingatkah bahwa matahari hari ini masih bersinar untuk membantu proses fotosintesis tumbuhan, yang kemudian menghasilkan O2 untuk kita hirup? Ingat juga ketika semalam kita memandangi bulan yang menebarkan cahaya dengan cantiknya untuk menemani kegelapan sang malam? Subhanallah....

"Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berpikir. (QS. Al-Jaatsiyah: 13)

Begitu banyak energi cinta yang telah ditransfer ke dalam kehidupan kita, bukankah akan sangat adil jika kita ingin membalas semua cinta itu dengan energi yang sama, atau bahkan lebih besar?
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang." (QS. Maryam: 96)

Subhanallah... Lihatlah! Ternyata rasa kasih sayang itu akan Allah tanamkan ke dalam hati orang-orang yang beriman dan beramal soleh. Tentu saja rasa kasih sayang yang dimaksud di sini adalah yang sesuai dengan syariat Islam, kasih sayang yang bernilai ibadah, menjadikan orang-orang yang melaksanakannya mendapat naungan Allah pada hari dimana tiada naungan kecuali dari-Nya, kasih sayang yang membawa orang-orang yang melaksanakannya naik ke atas mimbar cahaya dan membuat iri para nabi dan syuhada.

Manusia adalah makhluk sosial. Setiap hari kita dituntut untuk berinteraksi dengan berbagai macam orang. Mulai dari membuka mata, hingga ketika kita akan menutupnya untuk menunaikan hak istirahat tubuh di waktu malam, kita senantiasa akan bertemu dengan berbagai macam orang. Berinteraksi, sesungguhnya adalah salah satu cara kita untuk memberi energi cinta kepada sekitar kita.

Pada alam kita memberi cinta, dengan menjaga keseimbangannya dan tidak membuat kerusakan. Pada hewan dan tumbuhan pun kita memberi cinta, dengan memberikan hak mereka ketika menjadi tanggungan kita, menampakkan akhlak yang terbaik. Dan pada manusia, transfer energi cinta itu dapat kita lakukan dalam berbagai cara, baik langsung maupun tidak.

Izinkan saya menganalogikan hati manusia seperti sebuah kolam penampungan. Di dasar kolam itu, terdapat banyak keran yang dapat dibuka/tutup untuk pengaturan keluarnya isi kolam. Tentu saja, keran itu akan mengalirkan apa yang ditampung dalam kolam hati kita. Dan sebuah keniscayaan akan berlaku, ketika keran tersebut dibuka terus-menerus tanpa ada aliran masuk kembali, kolam itu akan menjadi kering. Maka, berinteraksi adalah aktivitas kita dalam membuka ‘keran’ untuk mencurahkan energi cinta. Dan agar kasih sayang sebenarnya yang teralirkan, ‘kolam’ tersebut haruslah diisi dengan materi yang sama, yaitu cinta dan kasih sayang.

Kembalilah sejenak untuk membaca firman Allah di atas. Untuk menanamkan rasa kasih sayang di hati kita, kuncinya adalah beriman dan beramal soleh. Sahabat... mari me-recharge energi cinta kita hanya dari sumber cinta yang abadi, Dia Yang Memiliki cinta tak terperi, cinta yang sangat sempurna. Mari, kita isi kembali energi cinta di hati kita dengan shalat-shalat khusyu' kita, tilawah-tilawah tartil kita, shaum sunnah kita, sedekah dan infak kita hari ini, doa-doa panjang kita di waktu malam, serta dari semua pos ibadah dan amal soleh yang telah Allah sediakan bagi kita.

Karena, untuk membuka ‘keran’ pencurahan energi cinta dari ‘kolam’ penampungan yang ada pada hati ini, terlalu sombong rasanya jika kita tidak pernah mengisi kolam tersebut dengan energi cinta dari-Nya. Ya, jika kolam itu sudah kering, apa yang bisa kita bagi?

Read More..
posted under | 0 Comments

Antara Pasrah, Progresif dan Proaktif

Jodoh adalah rahasia Allah swt, yang kadang tak terduga datangnya. Dalam masa 'penantian' yang tak kunjung datang, seorang muslimah dapat memilih untuk bertindak yang sesuai dengan keinginannya. Ada tiga bentuk sikap yang bisa dilakukan oleh para muslimah dalam masa penantian ini, yakni; agresif, pasrah dan proaktif.

Karena terlalu cemas, ada sebagian yang memilih untuk bersikap agresif. Melakukan pendekatan kepada siapapun yang dianggap potensial untuk menjadi pasangan hidup dengan berbagai cara. Kadang tanpa perduli norma dan aturan agama. sikap ini ini bisa 'membahayakan' bagi seorang perempuan. Karena ketergesa-gesaannya bisa berakibat tidak baik. Misalnya saja dia tidak akan selektif dalam memilih siapa calon suaminya. Kriteria-kriteria suami idaman pun kabur tertiup oleh desakan-desakan keluarganya. Akibat yang paling buruk dari sikap ini adalah timbul penyesalan dikemudian hari. Tumbuhnya kekecewaan pada pasangan karena tidak terlalu mengenal karakternya yang berujung pada perceraian. Naudzubillah min dzalik!

Sikap kedua adalah sikap pasrah, sikap ini biasanya memiliki alasan, "ya....daripada jadi perawan tua, lebih baik saya terima." Ada mungkin sebagian muslimah yang berfikir demikian, atau akan berfikir demikian. Biasanya ia tidak kuat menahan desakan orang tua atau keluarganya. Karena orang tua tidak ingin melihat anaknya menjadi perawan tua, maka ia mencarikan jodoh buat anaknya. Seandainya orang tua memahami betul kriteria-kriteria seorang suami yang sholeh, maka hal ini tentunya baik bagi si gadis, akan tetapi akan menjadi permasalahan yang serius ketika orang tuanya asal mencarikan laki-laki yang menjadi calon pasangan anaknya.

Kebanyakan orang tua sekarang pertimbangannya sangat pragmatis. Dia mencari jodoh buat anaknya dengan hanya menggunakan pertimbangan materi. Sehingga laki-laki yang dianggap berkecukupan, memiliki pekerjaan tetap maka dia layak jadi menantunya. Pertimbangan agama sama sekali dikesampingkan.

Dalam hal inilah sang perempuan berada pada posisi dilematis. Untuk menolak jelas tidak mungkin, karena dia tidak punya alternative. Untuk menerima terasa berat, karena laki-laki yang dibawa orang tuanya sangat jauh dari criteria suami idamannya. Akhirnya dengan berat hati ia menerima laki-laki itu sebagai suaminya.

Pilihan yang paling cocok saat 'penantian' bagi muslimah adalah sikap proaktif. Bersikap proaktif bukan berarti pasrah tanpa usaha sama sekali, namun bukan pula bertindak tanpa perhitungan dan pertimbangan. Sikap proaktif itu berarti berdoa sekaligus melakukan upaya yang dibenarkan agama untuk merealisasikan doa tersebut.

Ada sebagian akhwat yang berpendapat, "kalau memang jodoh merupakan bagian dari takdir Allah, mengapa kita harus mengejarnya? Bila sudah takdir pasti akan datang sendiri?" saya kira ini lah kekeliruan logika sebagian manusia. Allah telah menetapkan takdir bagi kita para hambaNya. Yang mengetahui takdir hanya Allah semata, kita tidak tahu bagaimana nasib kita besok. Ketika kita tidak tahu takdir yang akan kita terima, sedang kita diperintah untuk melakukan kebaikan maka kita sebagai mukmin harus memilih jenis perbuatan yang baik.

Kita sebagai manusia dianugerahi akal dan pikiran. Disamping itu kita juga diberi hak ikhtiar (berusaha). Kita juga diberi pedoman berupa Al Qur'an dan As Sunnah, sehingga bisa membedakan kebaikan dan keburukan. Dengan begitu kita justru dituntut untuk berusaha dan beramal. Wallahu a'lam bishshawab.
Dikutip dari mencari cinta Didik Yogya

Read More..
posted under | 0 Comments

Merpati Kecil

terbanglah merpati kecilku, sejauh mungkin...
jika sayap mungilmu mulai lelah,
kembalilah....


bagiku, kalimat diatas adalah motivasi, keluar dari bibir seseorang yang sangat menyanyangiku dan ingin melihatku sukses. sebab itu adalah dorongan bagiku -yang begitu takut untuk meninggalkan sangkar- untuk pergi jauh manggapai mimpi. dia mengumpamakanku seperti merpati, dan menginginkaku menjadi seperti itu. tahukah kau sifat merpati itu? ya, dia terkenal dengan ketulusannya, kegigihannya, kesetiaannya, serta sikapnya yang penuh kasih sayang pada sesama. dan satu lagi, merpati selalu "tahu jalan pulang." jalan pulang menuju tuannya, jalan pulang menuju sangkarnya...

suatu hari nanti tulisan ini akan kulanjutkan...

Read More..
posted under | 0 Comments
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

Popular Posts

Blog Archive

Diberdayakan oleh Blogger.

Followers

    Translate


Recent Comments