Blank

aku tak bisa menerka
apa yang terlukis di tepi barat sana,
tinggal engkau pilih
apakah itu luka atau asa...

senja-senja merah
yang menutup semua lelah,
seperti tangan halusmu
yang menghapus debu bergugur di wajah,
setelah Tuhan...
ya, setelah Tuhan...

hanya air mata yang paling memahami
luka dan asa
seperti apa rindu yang memeluk hatimu,
seperti apa pedih di hati yang tak terperi..
aku tak tahu, engkau namai apa...

kau mengajari mencintai tanpa harus melukai,
juga mengajari arti kesabaran,,
seperti kehidupan itu sendiri,,
ia tak pernah diminta...

seseorang yang kupanggil "bintang hati"


31 Mei 2012

Read More..
posted under | 1 Comments

Al-Jabiri dan Turats

Al-Jabiri terkenal sebagai tokoh filsuf pengemban semangat Averroisme dan Hermetisme. Al-Jabiri sangat mengagungkan akal sehingga ia gelisah pada fenomena sikap dan nalar Arab yang mengarah pada kecenderungan irasionalisme. Kegelisahan Al-Jabiri diawali dengan melemahnya rasionalisme dan demokrasi yang kemudian tidak dihargai bangsa Arab. Sementara kultur irasionalisme pada pihak lain semakin menyebar dan menguat yang mampu mejegal gerakan rasionalisme.
Menurut Al-Jabiri, bangsa Arab tidak kebanyakan mengakui kemampuan akal manusia, apalagi percaya pada proyek-proyek rasional dan pencarian ilmiah. Mereka lebih percaya pada produk-produk irasional dalam tradisi. Seperti yang ditunjukan dalam gerakan massif sebagian bangsa Arab yang kembali pada romantisme tradisi masa lalu (turats), berpihak pada tokoh-tookoh yang ada di dalamnya secara emosional, secara mencari-cari unsur kejayaan dan kegemilangan, seakan-akan dalam kesadaran mereka, kekalahan masa kini bisa terobati dan tertutupi oleh keagungan masa lalu.
Al-jabiri mengkritik praktik dan kegemaran membangkitkan warisan spiritual Timur, seperti tradisi tasawuf atau pemikiran filsuf Islam yang berorientasi pada spiritualisme. Selain itu muncul gerakan islamis yang berorientasi salafi sebagai counter terhadap kegagalan penguasa Arab dalam membela kepentingan bangsa Arab dalam menghadapi musuh bersama.Dengan tradisi pemikiran Prancis yang lebih maju, yaitu tradisi post-strukturalisme dan post-modenrnisme, Al-Jabiri berupaya mengkritik nalar Arab yang telah mendominasi penganutnya secara tidak sadar dengan cara merekonstruksi. Bagi Al-Jabiri, perubahan struktur nalar dengan menggantinya dengan nalar lain, tidak akan tercapai tanpa adanya sebuah praksis, yaitu praksis rasionalisme dalam persoalan pemikiran dan kehidupan terutama praksis rasionalisme kritis yang ditunjukkan terhadap tradisi yang mewarisi segenap otoritas berpikir dalam bentuk bangunan yang tidak sadar, yaitu otoritas teks, otoritas masa lalu dan otoritas qiyas.

Referensi:
Mohammad Abed Al-Jabiri, “Tradisi dan Problem Metodologi” dalam Ahmad Baso (ed) Post Tradisionalisme Islam, (Yogyakarta: LkiS)
Miska Muhammad Amin, Epistemologi Islam: Pengantar Filsafat Pengetahuan Islam, (Jakarta: UI-Press).

Read More..
posted under | 0 Comments
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

Popular Posts

Blog Archive

Diberdayakan oleh Blogger.

Followers

    Translate


Recent Comments