Konsep Ahimsa dan Vegetarian dalam Agama-agama India

Dewasa ini hampir segala macam bentuk ideologi (apakah itu kemerdekaan, kebenaran, perdamaian), cita-cita atau ambisi kadang-kadang diperjuangkan dengan kekerasan. Ada semacam keyakinan bahwa dengan kekerasan situasi dapat diubah, idealism dapat dicapai, bahwa nilai hakiki atau martabat manusia hanya dapat ditegakan dengan unjuk kekuatan dan kekerasan.
Peradaban selalu memunculkan fenomena kontinyu yang dihadapi oleh manusia. Masalah selalu menyertai setiap langkah hidup, kejahatan selalu terjadi dimana-mana, peperangan yang konon bertujuan untuk membebaskan dan mendamaikan selalu saja terjadi dimuka bumi, bukan kedamian yang dihasilkan, malah kadang peperangan menambah kesengsaraan dan malapetaka bagi umat manusia.
Adalah India, yang pada zaman kuno oleh penduduknya disebut : Jambudwipa, yang artinya : benua pohon jambu, atau disebut Bharatwarsa, yang artinya tanah keturunan Bharata. Nama India juga dijabarkan dari nama sungai Sindu, yang mengairi daerah barat India. Oleh orang-orang Persia sungai itu disebut sungai Hindu, kemudian nama ini diambil alih oleh orang-orang Gerika, sehingga nama inilah yang terkenal didunia barat. Akhirnya nama itu diambil alih oleh pemerintah India sekarang ini. Ketika agama Islam datang di India nama yang diberikan oleh bangsa Persia timbul kembali dengan bentuk Hindustan, sedang penduduknya sebagai pemeluk agama India asli, disebut orang Hindu.
India juga merupakan tempat kelahiran dari empat tradisi utama dunia agama yaitu Hindu, Jainisme, Buddhisme dan Sikhisme. Sepanjang sejarah india, agama telah menjadi bagian penting dari budaya negara. Keragaman agama dan toleransi beragama, keduanya didirikan di negara dengan hukum dan adat ini. Sebagian besar masyarakat India mengasosiasikan dirinya dengan agama. Berdasarkan hasil sensus penduduk India tahun 20013, pengikut agama Hindu sebesar 80,5% dari populasi India, Islam (13,4%), Kristen (2,3%) dan Sikh (1,9%) agama-agama tersebut adalah agama-agama besar yang diikuti oleh orang-orang India. keragaman sistem keyakinan agama yang ada di India saat ini adalah hasil dari keberadaan dan kelahiran agama-agama asli juga proses asimilasi dan integrasi sosial agama-agama yang dibawa ke wilayah tersebut oleh para pedagang, wisatawan, imigran, dan bahkan penjajah. Selain itu Zoroastrianisme dan Yudaisme juga memiliki sejarah kuno di India dan masing-masing memiliki beberapa ribu pengikut. India juga memiliki populasi terbesar bagi Zoroastrianisme dan Iman Baha'i di dunia.
Dari agama-agama India pulalah terkenal sebuah konsep yang dikenal dengan istilah “Ahimsa” dan vegetarian, yang kedua konsep tersebut lebih dipopulerkan oleh ketiga agam asal India yaitu Hindu, Jainisme, dan Buddha, konsep yang dipercaya bersumber dari teks kitab suci agama itu, mulai diperbincangkan oleh berbagai belahan dunia, karena dinilai dapat meminimalisir terjadinya konflik/kekerasan, dan sebagai sebuah system yang dapat dijadikan sebagai pembentuk keseimbangan balancis ekologi dan kosmologi.

referensi:
1. Gandhi, Mahatma, Kehidupan Asram dari hari ke hari, terj. Gedong Bagus Oka, Denpasar: Yayasan Bali Canti Sena, 1981

2. -------, Semua Manusia Bersaudara: Kehidupan dan Gagasan Mahatma Gandhi Sebagaimana diceritakannya sendiri, terj. Kustiniati Mochtar, Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 1988

3. Hadiwijono, Harun, Agama Hindu dan Buddha, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1976

4. I Gede Sura. Pengendalian diri dan Etika; dalam Agama Hindu, Jakarta: Departemen Agama RI : 1989

Read More..
posted under | 0 Comments

Seleraku....

Hari ini, aku merindukan tempat kelahiranku, manusia disini sangat individualistik. Aku teringat jalan-jalan sunyi di kota kecil itu, disini terlalu bising dan ramai. aku ingin menghabiskan sore sambil menikmati sunset di pantai Ni’u (my sweet place), disini pantai tak terlihat.aku bosan tahu tempe telor!!! laut disini sepertinya nggak ada ikannya, pada kabur kali ya? aku ingin melahap bandeng bakar segar (makanan favorit gue), ikan laut yang melimpah, cumi-cumi yang kenyal, udang yang,,hmmmm...uenaaknya!!
ya, hanya bisa menikmati dalam khayalan. Pulang?? tidak, itu adalah sebuah pantangan. Aq kembali teringat pesan Ibuku, nasehat senior-seniorku, harapan teman-temanku...(lebay.com).
Dan aku hanya bisa bersabar (cie....), karna aku percaya, semua akan indah pada waktunya! (ehmmm....!). Aku tidak bermaksud mencela semua keadaan di Jogja, aku cuma kangen suasana Mbozoic! Bukannya aku tidak bersyukur karena makan 3T (tahu tempe telor), sebagai dou mbojo asli, wajar lidahku g bisa terima makanan ini terus.... (sedih cem).
Bicara tentang makanan, aku ingat k Ikhlas, dan teman-teman di Solo. K Ikhlas bahkan sampai kurus pada masa-masa awal di Jogja. Dia g biasa makan tempe, cuma suka tahu, g suka makan telor goreng, maunya telor rebus. G suka beli makanan diluar karena ke-manis-an, maunya uta mbeca saronco! G terlalu suka makan ikan air tawar, amis. G suka telor asin, pokoknya banyak g sukanya deh! Terkadang susah juga ya jadi dou Mbojo...
tetapi sebenarnya terserah kita sendiri mau memilih yang mana, kalo ngomong enak dan g enak ketika hidup di rasa dou, ya dienakin aja coy! Namanya juga rasa dou!
Aku menulis ini hanya sebagai UNGKAPAN RASA KANGENKU SAMA MASAKAN MBOJO.

Read More..
posted under | 0 Comments

Kolam Cinta

Kali ini kita bicara tentang CINTA. Tema universal ini memang tidak akan pernah bosan dan usang untuk dibahas. Tapi di sini saya tidak ingin membicarakan tentang keromantisan cinta seorang laki-laki dan perempuan. Lihatlah ke sekitar kita, sangat banyak cinta yang telah kita peroleh. Cinta dari kedua orang tua kita, kakak dan adik kita, sahabat-sahabat, guru, tetangga, bahkan dari orang-orang yang tidak pernah kita duga sebelumnya, mereka senantiasa memberikan cintanya kepada kita. Sebagian mungkin tidak tercetus secara lisan, tapi getaran itu tetap tertangkap melalui tindakan mereka, dan mewarnai hari-hari kita. Bahkan dari makhluk selain manusia pun, kita senantiasa mendapatkan cinta itu.

Ingatkah bahwa matahari hari ini masih bersinar untuk membantu proses fotosintesis tumbuhan, yang kemudian menghasilkan O2 untuk kita hirup? Ingat juga ketika semalam kita memandangi bulan yang menebarkan cahaya dengan cantiknya untuk menemani kegelapan sang malam? Subhanallah....

"Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berpikir. (QS. Al-Jaatsiyah: 13)

Begitu banyak energi cinta yang telah ditransfer ke dalam kehidupan kita, bukankah akan sangat adil jika kita ingin membalas semua cinta itu dengan energi yang sama, atau bahkan lebih besar?
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang." (QS. Maryam: 96)

Subhanallah... Lihatlah! Ternyata rasa kasih sayang itu akan Allah tanamkan ke dalam hati orang-orang yang beriman dan beramal soleh. Tentu saja rasa kasih sayang yang dimaksud di sini adalah yang sesuai dengan syariat Islam, kasih sayang yang bernilai ibadah, menjadikan orang-orang yang melaksanakannya mendapat naungan Allah pada hari dimana tiada naungan kecuali dari-Nya, kasih sayang yang membawa orang-orang yang melaksanakannya naik ke atas mimbar cahaya dan membuat iri para nabi dan syuhada.

Manusia adalah makhluk sosial. Setiap hari kita dituntut untuk berinteraksi dengan berbagai macam orang. Mulai dari membuka mata, hingga ketika kita akan menutupnya untuk menunaikan hak istirahat tubuh di waktu malam, kita senantiasa akan bertemu dengan berbagai macam orang. Berinteraksi, sesungguhnya adalah salah satu cara kita untuk memberi energi cinta kepada sekitar kita.

Pada alam kita memberi cinta, dengan menjaga keseimbangannya dan tidak membuat kerusakan. Pada hewan dan tumbuhan pun kita memberi cinta, dengan memberikan hak mereka ketika menjadi tanggungan kita, menampakkan akhlak yang terbaik. Dan pada manusia, transfer energi cinta itu dapat kita lakukan dalam berbagai cara, baik langsung maupun tidak.

Izinkan saya menganalogikan hati manusia seperti sebuah kolam penampungan. Di dasar kolam itu, terdapat banyak keran yang dapat dibuka/tutup untuk pengaturan keluarnya isi kolam. Tentu saja, keran itu akan mengalirkan apa yang ditampung dalam kolam hati kita. Dan sebuah keniscayaan akan berlaku, ketika keran tersebut dibuka terus-menerus tanpa ada aliran masuk kembali, kolam itu akan menjadi kering. Maka, berinteraksi adalah aktivitas kita dalam membuka ‘keran’ untuk mencurahkan energi cinta. Dan agar kasih sayang sebenarnya yang teralirkan, ‘kolam’ tersebut haruslah diisi dengan materi yang sama, yaitu cinta dan kasih sayang.

Kembalilah sejenak untuk membaca firman Allah di atas. Untuk menanamkan rasa kasih sayang di hati kita, kuncinya adalah beriman dan beramal soleh. Sahabat... mari me-recharge energi cinta kita hanya dari sumber cinta yang abadi, Dia Yang Memiliki cinta tak terperi, cinta yang sangat sempurna. Mari, kita isi kembali energi cinta di hati kita dengan shalat-shalat khusyu' kita, tilawah-tilawah tartil kita, shaum sunnah kita, sedekah dan infak kita hari ini, doa-doa panjang kita di waktu malam, serta dari semua pos ibadah dan amal soleh yang telah Allah sediakan bagi kita.

Karena, untuk membuka ‘keran’ pencurahan energi cinta dari ‘kolam’ penampungan yang ada pada hati ini, terlalu sombong rasanya jika kita tidak pernah mengisi kolam tersebut dengan energi cinta dari-Nya. Ya, jika kolam itu sudah kering, apa yang bisa kita bagi?

Read More..
posted under | 0 Comments

Antara Pasrah, Progresif dan Proaktif

Jodoh adalah rahasia Allah swt, yang kadang tak terduga datangnya. Dalam masa 'penantian' yang tak kunjung datang, seorang muslimah dapat memilih untuk bertindak yang sesuai dengan keinginannya. Ada tiga bentuk sikap yang bisa dilakukan oleh para muslimah dalam masa penantian ini, yakni; agresif, pasrah dan proaktif.

Karena terlalu cemas, ada sebagian yang memilih untuk bersikap agresif. Melakukan pendekatan kepada siapapun yang dianggap potensial untuk menjadi pasangan hidup dengan berbagai cara. Kadang tanpa perduli norma dan aturan agama. sikap ini ini bisa 'membahayakan' bagi seorang perempuan. Karena ketergesa-gesaannya bisa berakibat tidak baik. Misalnya saja dia tidak akan selektif dalam memilih siapa calon suaminya. Kriteria-kriteria suami idaman pun kabur tertiup oleh desakan-desakan keluarganya. Akibat yang paling buruk dari sikap ini adalah timbul penyesalan dikemudian hari. Tumbuhnya kekecewaan pada pasangan karena tidak terlalu mengenal karakternya yang berujung pada perceraian. Naudzubillah min dzalik!

Sikap kedua adalah sikap pasrah, sikap ini biasanya memiliki alasan, "ya....daripada jadi perawan tua, lebih baik saya terima." Ada mungkin sebagian muslimah yang berfikir demikian, atau akan berfikir demikian. Biasanya ia tidak kuat menahan desakan orang tua atau keluarganya. Karena orang tua tidak ingin melihat anaknya menjadi perawan tua, maka ia mencarikan jodoh buat anaknya. Seandainya orang tua memahami betul kriteria-kriteria seorang suami yang sholeh, maka hal ini tentunya baik bagi si gadis, akan tetapi akan menjadi permasalahan yang serius ketika orang tuanya asal mencarikan laki-laki yang menjadi calon pasangan anaknya.

Kebanyakan orang tua sekarang pertimbangannya sangat pragmatis. Dia mencari jodoh buat anaknya dengan hanya menggunakan pertimbangan materi. Sehingga laki-laki yang dianggap berkecukupan, memiliki pekerjaan tetap maka dia layak jadi menantunya. Pertimbangan agama sama sekali dikesampingkan.

Dalam hal inilah sang perempuan berada pada posisi dilematis. Untuk menolak jelas tidak mungkin, karena dia tidak punya alternative. Untuk menerima terasa berat, karena laki-laki yang dibawa orang tuanya sangat jauh dari criteria suami idamannya. Akhirnya dengan berat hati ia menerima laki-laki itu sebagai suaminya.

Pilihan yang paling cocok saat 'penantian' bagi muslimah adalah sikap proaktif. Bersikap proaktif bukan berarti pasrah tanpa usaha sama sekali, namun bukan pula bertindak tanpa perhitungan dan pertimbangan. Sikap proaktif itu berarti berdoa sekaligus melakukan upaya yang dibenarkan agama untuk merealisasikan doa tersebut.

Ada sebagian akhwat yang berpendapat, "kalau memang jodoh merupakan bagian dari takdir Allah, mengapa kita harus mengejarnya? Bila sudah takdir pasti akan datang sendiri?" saya kira ini lah kekeliruan logika sebagian manusia. Allah telah menetapkan takdir bagi kita para hambaNya. Yang mengetahui takdir hanya Allah semata, kita tidak tahu bagaimana nasib kita besok. Ketika kita tidak tahu takdir yang akan kita terima, sedang kita diperintah untuk melakukan kebaikan maka kita sebagai mukmin harus memilih jenis perbuatan yang baik.

Kita sebagai manusia dianugerahi akal dan pikiran. Disamping itu kita juga diberi hak ikhtiar (berusaha). Kita juga diberi pedoman berupa Al Qur'an dan As Sunnah, sehingga bisa membedakan kebaikan dan keburukan. Dengan begitu kita justru dituntut untuk berusaha dan beramal. Wallahu a'lam bishshawab.
Dikutip dari mencari cinta Didik Yogya

Read More..
posted under | 0 Comments

Merpati Kecil

terbanglah merpati kecilku, sejauh mungkin...
jika sayap mungilmu mulai lelah,
kembalilah....


bagiku, kalimat diatas adalah motivasi, keluar dari bibir seseorang yang sangat menyanyangiku dan ingin melihatku sukses. sebab itu adalah dorongan bagiku -yang begitu takut untuk meninggalkan sangkar- untuk pergi jauh manggapai mimpi. dia mengumpamakanku seperti merpati, dan menginginkaku menjadi seperti itu. tahukah kau sifat merpati itu? ya, dia terkenal dengan ketulusannya, kegigihannya, kesetiaannya, serta sikapnya yang penuh kasih sayang pada sesama. dan satu lagi, merpati selalu "tahu jalan pulang." jalan pulang menuju tuannya, jalan pulang menuju sangkarnya...

suatu hari nanti tulisan ini akan kulanjutkan...

Read More..
posted under | 0 Comments

Religion And Human Rights

Ada tiga prinsip kehidupan bernegara yang sering terkait dan lahir dari suatu filsafat politik setelah zaman pencerahan, yaitu demokrasi, Negara hukum dan perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM). Ketiga hal tersebut lahir pada abad ke 17 dan ke 18 Masehi, yang tampaknya sebagai reaksi terhadap keabsolutan Raja-raja dan kaum feodal pada zaman itu terhadap raykat yang mereka perintah atau manusia yang mereka pekerjakan.1 Masyarakat manusia di zaman silam terdiri dari dua lapisan besar, yaitu lapisan atas (minoritas) yang mempunyai hak-hak, dan lapisan bawah (mayoritas) yang mempunyai kewajiban dan tidak mempunyai hak karena mereka diperlakukan sewenang-wenang oleh pihak yang berkuasa atas diri mereka.
Sebagai reaksi terhadap kepincangan tersebut, timbullah gagasan suapaya lapisan bawah itu diangkat derajatnya dari kedudukan budak menjadi sama dengan lapisan atas. Muncullah ide persamaan dan kebebasan yang ditonjolkan oleh Revolusi Prancis pada akhir abad ke 18.2 Hingga kemudian muncul Deklarasi Universal HAM, dimana sejumlah konsep perlindungan terhadap martabat dan jaminan kebebasan individu dimuat.
Hak-hak Asasi Manusia adalah hak-hak yang diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha Pencipta. Oleh karenanya tidak ada kekuasaan apapun di dunia yang dapat mencabutnya. HAM kemudian menjamin kebebasan tiap individu untuk beragama, berpolitik, mendapatkan pendidikan, kehidupan yang layak, mendapat perlakuan sama dimuka hukum dan sebagainya. Meskipun demikian bukan berarti dengan hak-haknya itu seorang individu dapat berbuat semaunya.
Namun kenyataannya sekarang kekerasan yang melanggar HAM terlihat massif. Di Indonesia khususnya, meskipun menganut prinsip Negara hukum dan demokrasi serta memiliki konstitusi yang menyatakan pemihakan pada perlindungan HAM, ternyata senantiasa terjadi pelanggaran HAM yang sangat banyak. Diantaranya dilakukan oleh aparat dan pemerintah.3 Hal ini dapat lebih banyak terjadi pada masa Orde Baru, yang mana pelanggaran HAM terjadi dalam kasus politik (Timur Timur, Aceh, Tanjung Priok, dll), kekerasan terhadap hak berorganisasi, penyaluran aspirasi, dan kekerasan lainnya.
Pelanggaran HAM yang paling mutakhir terjadi di negeri ini yaitu kaitannya dengan kebebasan beragama. Terjadinya kekerasan atas nama agama yang mendiskriminasi agama lain, merusak tempat ibadah, menyuarakan nahy munkar dengan kekerasan seperti merusak tempat umum yang dianggap dapat merusak moral dan identitas bangsa yang mayoritas penduduknya muslim.
Kekerasan yang menggunakan agama sebagai tameng ini jelas merupakan aksi yang melanggar hak asasi warga Negara yang lain. Dengan menyadari kemajemukan masyarakat Indonesia maka Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya dan beribadah menurut agama dan kepercayaannya itu (pasal 29 ayat 2 UUD 1945). Beragama adalah salah satu Hak Asasi Manusia (HAM) yang harus ditegakkan dan dilindungi oleh Negara melalui aparaturnya. Dalam menjalankan tugasnya, Negara harus kuat dan tegas menegakkan dan menjamin HAM. Agama dan HAM merupakan bagian-bagian yang saling mendukung dan menguatkan dalam suatu negara demokrasi. Pertanyaannya adalah mengapa para penganut agama-agama yang berbeda tidak bisa toleran dan menghargai perbedaan dengan menghormati warga lain yang berbeda agama sekaligus memegang teguh otentisitas kebenaran agamanya sendiri?

Referensi:
1.Barmawi Mukti, HAM dan Kebebasan Beragama di Indonesia (Jurnal asy-Syir’iyah Fak. Syariah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Vol. 36 No. 1 Th. 2002), 18
2.Ibid.,19
3. Moh. Mahfud, MD, Politik Hukum Hak Asasi Manusia di Indonesia (UII Press, Yogyakarta: 2002), 49

(Ringkasan Tugas matakuliah Filsafat Agama dan Resolusi Konflik)
Husnatul Mahmudah
AF-SARK
Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Read More..
posted under | 0 Comments

Frame Gerakan Jamaah Ansharut Tauhid

(frame alignment)Sebuah gerakan itu bisa besar dan eksis ketika anggotanya mempunyai persamaan visi dan misi . Adapun yang menjadi tujuan utama dari gerakan JAT ini yaitu mengembalikan tatanan kehidupan manusia sesuai dengan al-Qur’an dan sunnah Rasul. Caranya tidak lain yaitu membentuk Negara Islam. Sebagai sasaran awal dan anggota utama yang direkrut oleh Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) adalah dari kelompok santri. Kelompok ini biasanya terkesan cukup ‘militan’ dan patuh terhadap yang diakatakan oleh yang dituakan atau ustazd-ustazdnya.
(Frame Bridging) Setelah mempunyai dasar visi dan misi yang kuat, maka wilayah expansi gerakan ini diperluas, dengan merekrut para pengangguran, anak-anak muda, pelajar dan mahasiswa, yang mana ada umumnya kelompok ini sangat mudah untuk ditarik masuk kedalam gerakan sosial. Pendekatannya dengan meberikan pemahaman tentang pentingnya tauhid dan pelaksanaan sunah Rasul dalam kehidupan dunia. Memperingatkan bahwa kehidupan bermasyarakat dan bernegara pada hari ini tidak sesuai dengan apa yang dianjurkan oleh rasulullah.
Adapun penerapan (frame aplication) pemahaman mereka dilapangan yaitu ‘berusaha’ menghindari berbagai hal yang tidak sesuai dengan hukum Allah dan RasulNya. Sebab sudah ditanamkan bahwa apapun amalan yang tidak sesuai dengan 2 hal tersebut maka itu tertolak. Contoh: selalu wara’ atau hati-hati dalam bersikap dan mengambil keputusan, bagi yang laki-laki diwajibkan isbal, perempuan bercadar, dan lain-lain.
Kemudian untuk memperluas dan memperkuat gerakan ini (frame extension), JAT tidak hanya mempunyai anggota dari santri, para veteran Aghanistan, pengangguran, pemuda, pelajar dan mahasiswa saja, tetapi JAT juga melirik masyarakat yang mempunyai nilai plus dimasyarakat. Seperti contohnya PNS, Wiraswasta, Pedagang, dll. Golongan ini direkrut bukan hanya untuk menambah daftar panjang anggota saja, tetapi juga –pada faktanya- sebagai donator tetap dalam gerakan ini. Doktrin keagamaan yang sering diangkat pada kelas ini adalah membangun kembali kesadaran bahwa ‘sistem pemerintahan yang dipakai di Indonesia yang mayoritas Muslim tidak sesuai dengan yang hukum Allah dan yang dicontohkan oleh Rasullulah'.
(Pengembangan Framing)Adapun yang beberapa doktrin agama yang diangkat oleh dan dijadikan sebagai wacana pada gerakannya yaitu yang berkaitan dengan pemurnian tauhid dan pelaksanaan sunah Rasul secara totalitas. Kemudian muncul beberapa kata yang menjadi ‘ciri khas’ dari JAT, beberapa diantaranya yaitu Syirik, Thagut dan Kafir. Pada Pemilu 2009 lalu, isu yang paling hangat diangakat oleh JAT yaitu Demokrasi adalah thagut. Sistim Demokrasi yang diterapkan di Indonesia adalah produk orang-orang kafir, hukum yang ada didalamnya tidak diambil dari hukum Allah. Demokrasi memiliki beberapa ajaran, diantaranya:

-Sumber hukum bukan Allah Subhaanahu Wa Ta’ala, akan tetapi rakyat
-Hukum yang dipakai bukanlah hukum Allah, akan tetapi hukum buatan
-Memberikan kebebasan berkeyakinan dan mengeluarkan fikiran dan pendapat
-Kebenaran adalah suara terbanyak
-Tuhannya banyak dan beraneka ragam
-Persamaan hak
Oleh sebab itu, siapapun yang mengikuti dan percaya pada demokrasi berarti dia percaya pada thaghut, dan mengikuti thagut itu adalah musyrik. Padahal sumber/kekuasaan /wewenang hukum itu di dalam dien Al Islam ada di Tangan Allah:“…keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah…” (QS. Yusuf [12] : 40) Dan firman-Nya“…menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah…” (QS. Al An’am [6] : 57).

Isu tentang jihad akan selalu diangkat ketika ada anggota ataupun orang muslim yang bahkan di Negara lainpun yang terdzolimi. Sebagai contoh misalnya Israel dan Amerika yang memerangi Palestina. Sebagai wujud solidaritas seiman, meskipun tidak memungkinkan untuk berperang langsung di daerah konflik, maka Indonesia juga sah untuk dijadikan medan perang, yaitu memerangi para antek-antek Amerika yaitu Pemerintah Indonesia dan terutama Polisi sebagai kaki tangannya. Jihad melawan orang-orang kafir dan sekutunya adalah wajib, apalagi ketika muslim didzolimi. “Barangsiapa mati, sedangkan ia belum pernah berperang atau berniat untuk berperang, maka ia mati dalam keadaan jahiliyah”(Abu Daud).
Pada intinya adalah gerakan JAT ini menginginkan adanya Negara yang menggunakan system pemerintahanya yang sesuai dengan hukumAllah dan yang dicontohkan oleh RasulNya (dalam piagam Madinah). Oleh sebab itu apapun yang tidak diambil dari dua hal tersebut maka termasuk musyrik, sehingga tidak boleh tunduk pada Demokrasi, karena itu produk manusia terutama orang-orang kafir. Memerangi orang kafir (yang menindas) adalah wajib, begitu juga terhadap Demokrasi dan segala hal yang berkaitan dengannya. Wallahu a'lam bishawab

Resume FRAMING (Tugas Matakuliah Gerakan Sosial)
Husnatul Mahmudah
AF-SARK
Pasca Sarjana UIN Sunan Kalijaga

Read More..
posted under | 2 Comments

KOSMOLOGI


Segala puji bagi Allah, yang tiada pembicara manapun mampu meliputi segala pujian bagi-Nya. Tiada penghitung manapun mampu mencakup bilangan nikmat karunia-Nya. Tiada daya upaya bagaimanapun mampu memenuhi kewajiban pengabdian kepada-Nya. Tiada pikiran sejauh manapun mampu mencapai-Nya, dan tiada kearifan sedalam apapun mampu menyelami hakikat-Nya.
Sifat-Nya tidak terbatasi oleh lingkungan, tidak terperikan oleh ungkapan,
Tidak terikat oleh waktu, dan tidak menjumpai kesudahan. Dicipta-Nya semua mahkluq dengan kuasa-Nya. Ditebarkan-Nya angin dengan rahmat-Nya. Ditenangkan-Nya getar bumi dengan gunung-gunung-Nya.
Bahasa dan istilah Kosmologi (Inggris=cosmology) dari bahasa Yunani kosmos (dunia, alam semesta) dan logos (ilmu).
Yang menarik adalah hubungan Sains dengan Teologi: Kosmologi menjadi contoh yang sangat bagus untuk menggambarkan hubungan harmonis diantara mereka berdua: bagaimana sains membantu memahami Al-Quran, dan bagaimana Al-Quran menjadi literatur utama sains.
Ada 4 pertanyaan paling esensial umat manusia semenjak dahulu:
1. Berapa besarnya?
2. Dari apa dibuat?
3. Bagaimana permulaannya?
4. Apa akhirnya
Penciptaan alam semesta
Sesungguhnya penciptaan langit dan bumi, ….(Al- Imran: 190) dan Yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri… (al-Imran 191).
…bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya…(al-Anbiya: 30)
Teori big bang (1912)
Alam semesta berasal dari 1 titik yang sangat masif dan meledak memancarkan energi yang luar biasa tingginya.
Al-Quran menyatakan, setelah Big Bang terjadi, terdapat banyak asap di alam semesta kita, yang kemudian nantinya menjadi bahan utama penciptakaan objek-objek angkasa dan planet. (alBaqarah: 29 dan Fushilat: 11)
Hukum Hubble (1920)
Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya (Adz Adzaariyaat: 47)
Akhir alam semesta
Surat Al-Qiyamah bercerita pada kita tentang dahsyatnya hari kiamat. Pada ayat 8 dan 9, mengindikasikan bahwa langit dan bumi kembali menjadi satu, seperti halnya ide dasar teori Big Crunch.
Sementara itu, di surat At-Takwir ayat 1, 2, 6, 11, dan 12 bercerita tentang matahari membengkak sampai menjadi merah dengan temperatur yang luar biasa panasnya. Saking panasnya sehingga semua air yang ada di bumi menggelegak dan menguap. Inilah salah satu proses evolusi bintang, dan matahari kita adalah seperti bintang biasa yang pasti akan mengalami proses mati. Ayat 11 juga menegaskan pelenyapan langit, seperti proses akhir alam semesta pada teori Big Crunc.
Manusia yang berada dibumi ini merupakan sesuatu yang tidak berarti jika dibandingkan dengan alam semesta. Apakah yang dibanggakan manusia hingga ia menjadi sombong dan enggan tunduk kepada Allah yang menjadikan alam semesta ini??! Hanya orang bodohlah yang  tidak mau tunduk pada Allah pemilik dan pencipta alam semesta ini. Dan sesungguhnya lah sains membantu kita memahami agama (walau tidak semua yang pasti).

Resume ini disampaikan pada Sekolah Kader Immawati STKIP Bima
pada 19 April 2011

Read More..
posted under | 0 Comments

Dan TV Pun Dicuekin!!!

Menurut sebagian orang, kuliah itu adalah hal yg biasa. Namun ketika tugas itu datang bertubi-tubi, mungkin diantara kita ada mengeluh dan merasa terbebani. Hal tersebut adalah biasa, karena itu adalah sebuah konsekuensi ketika memutuskan untuk kuliah, sebab itu juga termasuk kebiasaan yang baik dalam usaha membentuk pribadi dan kebiasaan positif, terutama yang berkaitan dengan dunia akademik. Tak ada yang salah sebenarnya, tapi aq hanya ingin mengatakan ketidak-biasaanku saja. Ya…3 (Tiga) minggu sudah aku mengikuti kuliah kelas regular (sejak 19 September 2011) di Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Jogjakarta. Minggu pertama relative seperti biasa, dosen-dosenku hanya masuk memperkenalkan diri dan sedikit menjelaskan deskripsi matakuliah yang diajarkan. Dan ketika minggu kedua, datanglah “perintah-perintah” itu, makalah, paper, review book, dan lain-lain. Lagi-lagi ini adlah hal yang biasa, tetapi yang tidak biasa bagiku adalah ketika aku harus “CUEK” dengan Televisi. Ya, aku memang tergolong rajin nonton tv sebelum masuk kuliah. Jika ada yang mau bertanya jadwal siaran TV swasta, aku bisa jamin bisa menjawabnya dengan benar. Acaranya yang Paling tak bisa aku lewatkan adalah Bioskop TransTV. Bukan Cuma TV yang aku cuekin, KOMPAS yang tiap pagi nongol depan kamar kosku pun tak luput dari sikap cuekku, bukan berarti aku tak membacanya tetapi Koran itu paling cepat aku intip jam 7 malam. Hmmm….inilah cerita dari orang yang maniak nonton televisi. Jangan ditiru ya!!

Read More..
posted under | 0 Comments

Kekerasan Atas Nama Agama

Konsep Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin menjadi kerdil oleh kepicikan cara berpikir pemeluknya yang merasa bahwa pemahaman dialah yang paling benar, serta berpikir bahwa dia mendapat mandat dari Tuhan untuk memaksakan pemahaman tersebut dengan cara-cara yang oleh Tuhan pun muak melihatnya.

Tidak bisa kita mungkiri, bahwa selama transisi menuju millenium III ini, agama-agama tidak hanya muncul sebagai bidang besar etika global, tetapi juga sebagai pengacau besar bagi perdamaian dunia. Jika kita membuka kembali lembaran sejarah, maka akan banyak ditemukan praktik kekerasan atas nama agama atau disebut kemudian sebagai “kekerasan suci,” hampir pada semua agama. Dapat dikatakan bahwa kekerasan suci merupakan bagian dari budaya agama-agama besar di dunia. Perang suci Heraclius pada tahun 620M, perang agama pada abad 16 dengan munculnya Protestan, hingga perang salib adalah bagian dari sejarah agama Nasrani. Sampai saat ini, Christian identity movement (gerakan identitas Kristen) membenarkan penggunaan kekerasan yang dilakukan untuk menghukum orang yang menyimpang dari hukum Tuhan. Dua epik yang ada dalam agama Hindu, yaitu Mahabarata dan Ramayana, menceritakan bahwa Tuhan sendiri bereinkarnasi untuk berperang suci melawan setan di bumi. Sementara itu, sejarah perang suci pada agama Budha di Jepang dicontohkan dengan adanya ksatria monyet (buddist sohei) atau kodifikasi perang yang bersandar pada Budhisme yang disebut Bushido. Konflik Timur Tengah antara Israel dan Arab, Yahudi dan Muslim dalam lima peperangan yang sampai hari ini belum juga usai. Sungguh, sangat menggunung contoh-contoh kekejaman yang diinspirasi oleh agama untuk saling membenci dan memusuhi. Agamapun menjadi ilham dan legitimasi untuk setiap peperangan “atas nama Tuhan.”
Agama merupakan pedoman dasar untuk membuat manusia hidup teratur sesuai dengan yang diajarkan. Agama diklaim sebagai “kebenaran mutlak” karena dipercayai ajarannya bukan berasal dari manusia tetapi dari Tuhan yang diturunkan kepada manusia melalui utusannya. Pada kenyataannya, agama yang dipeluk manusia di dunia ini lebih dari satu, maka kebenaran mutlak pun lebih dari satu. Dan konflik antar umat beragama yang berlangsung selama ini telah menelan korban yang tak terhitung jumlahnya. Akibat dari klaim masing-masing pihak sebagai pemilik tunggal kebenaran mutlak itu, menganggap yang lain tidak benar, harus tunduk padanya dan harus dimusnahkan.
Terjadinya kristal klaim kebenaran selalu muncul bersamaan dengan kegelisahan umat dalam menentukan pilihan. Keharusan untuk memilih antara yang samar-samar, agak benar dan pasti benar dalam agama, sehingga memaksa para pemeluk untuk menentukan sendiri suatu kebenaran. Pilihan ini terutama terkait dengan hal-hal yang bersifat transendental. Misalnya, kepastian tentang benar tidaknya suatu bentuk prosesi peribadatan. Kebanyakan memiliki selera yang berbeda sesuai dengan warna keyakinan masing-masing kelompok komunitas pemeluk. Konsekuensinya, muncul berbagai macam interpretasi dengan beragam nilai kebenaran. Masalah yang muncul kemudian adalah keengganan untuk menerima perbedaan persepsi. Dan parahnya lagi masalah seperti ini tidak hanya terjadi pada satu agama, tetapi juga pada agama-agama besar dunia lainnya.
Sepanjang sejarah dan lintas budaya, kekerasan suci dimaafkan dan dianggap penting berdasarkan prinsip-prinsip agama pelaku. Penganut agama secara serius dihadapkan pada paradoks dari penganut yang menganggap kekerasan suci sebagai kewajiban suci. Penggunaan kekerasan suci selalu dapat dibenarkan bila dilakukan dalam rangka menghukum pelanggar hukum Tuhan. Kejahatan yang bertujuan untuk penyucian selalu dapat dibenarkan. kelompok Islam fundamentalis melakukan pembenaran melalui interpretasi ideologi jihad yang merupakan sebuah aliran (genre) yang sangat populer dalam dunia Islam. Individu yang memiliki jihad tinggi, akan mendukung kekerasan suci sehingga kata jihad akan berpengaruh langsung terhadap kekerasan suci.
Pengertian jihad sendiri masih diperdebatkan, sehingga belum ditemukan pengertian tunggal. Istilah jihad berasal dari kata Arab jahada (kata benda abstrak, juhd) yang bermakna berusaha dengan sekuat tenaga, berusaha dengan segenap hatinya. Distorsi makna jihad pada akhirnya menodai citra Islam sebagai agama yang rahmatan lil ‘alamin, juga menghantui umat sebagai kekuatan destruktif. Sehingga dewasa ini agama Islam sangat akrab dengan label ‘Islam teroris’.
Tidak dapat dibenarkan ketika sekelompok orang ataupun individu dengan dalih pembenar apapun melakukan aksi kekerasan yang bahkan menghilangkan nyawa orang lain seperti yang terjadi di Bima akhir-akhir ini yang konon alasannya ‘disuruh Tuhan.’
Sikap, pandangan bahkan keyakinan yang teguh untuk memosisikan bahwa tidak ada satu aliranpun dalam agama yang mutlak benar adalah sangat penting. Sebab aliran dalam agama merupakan usaha manusia yang hanya mampu mencapai garis kebenaran relatif. Oleh karena itu, masih terbuka peluang untuk dikritisi kembali. Hal ini merupakan perjuangan para pemeluk agama dalam meniti jalan panjang untuk menuju kepada-Nya.
Jika kemudian agama (Islam) ternodai oleh kepentingan yang dilakukan pihak-pihak tertentu, maka peran agama menjadi rapuh, dan tujuan bangsa yang tercermin dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke-IV yang berbunyi ‘…dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial,…’ kehilangan arah dan tak bermakna lagi sebagai sebuah konstitusi. Wallahu a’lam bishawab

Read More..
posted under | 0 Comments

Akhlak Solusi Kebangkitan Bangsa

Terkadang ketika akan berubah menjadi lebih baik, sebagian orang akan mencari dan menunggu moment terbaik untuk bangkit. Semoga momentum peringatan kemerdekaan 17 Agustus ditengah Ramadhan kemarin adalah titik awal untuk kita bangkit dan memperbaiki pribadi-pribadi yang mengarah pada perbaikan bangsa. Sebab merupakan realitas sosial bahwa bangsa Indonesia adalah negeri muslim terbesar di dunia, konsekuensi logisnya adalah kaum muslim di negeri ini yang paling bertanggung jawab atas keberhasilan dan ketidak-berhasilan bagi tegaknya negara Indonesia. Oleh sebab itu, secara kultural dan sosiologis pula mayoritas warga negara muslim sebagai representasi dari kewajiban membangun negara yang berperadaban.
Akan tetapi ditengah carut-marut masalah kebangsaan pada hari ini, kebanyakan kita melupakan kiprah dalam memperbaiki pendidikan, ekonomi dan agenda-agenda kultural umat yang masih terlantar. Karena seringkali pikiran kita tersedot oleh masalah ecek-ecek yang diciptakan oleh para elit penguasa. Tanpa disadari, kita sekarang berada dalam lingkaran yang tidak bermoral (the spiral immorality). Pikiran dan aktifitas kita terlalu sibuk mencari solusi untuk keluar dari masalah-masalah tersebut. Padahal sesungguhnya dengan melihat kompleksitas masalah yang ramai dibahas sekarang, dapat ditarik benang merah yang menjadi satu titik dasar penyebab timbulnya masalah-masalah tersebut, yaitu degradasi moral atau kemerosotan akhlak.
Dan yang paling berbahaya lagi, degradasi moral ini sangat rawan menjangkiti generasi muda. Tuna aksara moral (moral ilaterasi) seperti yang diistilahkan oleh Din Syamsuddin, cukup serius melanda umat khususnya generasi muda dan kaum terdidik. Tidak mampu membaca, mencerna dan mengaplikasikan nilai dan ajaran akhlak yang terselip dalam budaya masyarakat kita. Betapa tidak, budaya masyarakat kita yang sarat dengan nilai moral dan akhlak gagal dimanifestasikan ditengah modernitas. Sehingga menjadikan generasi muda semakin jauh dan melupakan nilai akhlak itu sendiri.
Jika melihat kembali pada sirah nabawiyah, sesungguhnya pada masa awal kehadiran Nabi Muhammad SAW, misi pertama yang dilakukan adalah menyelamatkan manusia dari kejahiliyahan yang sangat menyesatkan dengan jalan memperbaiki akhlak, “Sesungguhnya Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia” (HR. Imam Bukhari dan Imam Ahmad). Mencermati hal ini, memperbaiki akhlak manusia tidak hanya berhenti pada masa Nabi dan para sahabat, tetapi misi kenabian itu akan terus berjalan dan tetap eksis meski ditengah masyarakat yang semakin dinamis.
Sebagai masyarakat muslim, sudah seharusnya kita memanifestasikan nilai-nilai etika dan moral islami sebagai sebuah nilai dasar (bottom line values), untuk kemudian diinternalisasikan kedalam kehidupan sosial dalam kerangka amar ma’ruf nahi munkar, menuju pemberdayaan masyarakat secara material, rasional dan spiritual. Karena ajaran Islam sangat memperhatikan masalah akhlak. Sebab, kehancuran suatu bangsa sangat ditentukan oleh baik dan buruknya akhlak bangsa yang bersangkutan.
Menerapkan nilai akhlak dalam kehidupan itu sangat penting untuk meminimalisir degradasi moral generasi, dengan tidak menyampingkan akidah dan ibadah sebagai nilai fundamental. Sebab, akidah ibarat akar yang menancap kuat di dalam tanah dan ibadah adalah pohon yang kuat dan kokoh, sedangkan akhlak adalah buahnya. Meskipun pada kenyataanya, tidak sedikit kita menemukan pohon yang besar lagi kokoh, tetapi tidak berbuah samasekali.
Kepada generasi muda, penulis pribadi merasa perlu menggugat dan mempertanyakan komitmen keislaman kita. Jika tidak ada konkritasi agama dalam kehidupan yang nyata, dapat dikatakan agama hanya bersifat statusquo, Islam yang jumud dan samasekali tidak mengarah pada Islam yang berkualitas dan reformatif.
Tuna aksara moral yang menggerus generasi muda dapat diatasi dengan mengkristalkan nilai akhlak dalam kehidupan sehari-hari. Sekarang saatnya untuk membuktikan bahwa generasi muda memiliki sifat antusiasme untuk merubah kondisi kenegaraan yang masih berada di bawah menjadi lebih baik, dengan memperbaiki moral kita terlebih dahulu. Kesadaran dalam hal ini sangat penting, meskipun terbangun dalam satu kelompok kecil yang minoritas, akan tetapi berkualitas dan bisa diharapkan menjadi pionir kebangkitan bangsa. Sebab jika generasi muda dan kaum terdidik telah rusak akhlaknya, maka kepada siapa lagi negeri ini berharap?!
Wallahu a’lam bishawab

Read More..
posted under | 0 Comments

TITIK KULMINASI


Pernah aku berpikir -dulu, sewaktu aku masih duduk di bangku sekolah dasar- bahwa orang-orang yang diwisuda setelah menempuh pendidikan strata satu adalah orang hebat! aku pikir semua sepakat dengan pendapatku -yang waktu itu masih anak ingusan- karena ketika acara wisuda menurutku adalah acara yang luar biasa, membuatku merinding. apalagi ketika dinobatkan menjadi cumlaude, sepertinya predikat intelektual muda iitu hanya milik kita. acara wisuda menurut anak ingusan seperti aku waktu itu adalah kemewahan dan kemeriahan. maklum, di kampungku tak pernah dirayakan acara wisuda selain wisuda sarjana. setelah umur lima belas tahun aku baru tahu, ternyata acara wisuda itu bebas dilaksanakan kapan saja, tidak mesti setelah menyelesaikan studi S1, setamat SD juga bisa (maklum anak kampung, hehe...). sejak saat itu, aku tidak "memuja" acara wisuda lagi, hingga saatnya aku benar-benar diwisuda.jika diingat kembali, pada masa-masa awal masuk kuliah aku sangat malas dan tidak acuh. itu karena menurutku jurusan yang aku ambil tidak sesuai dengan minatku. aku menjalani kuliah sekenaku saja, tak ada yang istimewa menurutku. ketika berada pada semester akhir S1, aku benar-benar ingin merasakan susahnya membuat skripsi.

Read More..
posted under | 2 Comments
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

Popular Posts

Blog Archive

Diberdayakan oleh Blogger.

Followers

    Translate


Recent Comments