Kehilangan


kadang, sesuatu yang selalu dekat dengan kita ataupun milik kita, begitu berharga ketika telah pergi dan hilang, baik itu disengaja atau terpaksa. ketika ada, kita sering tak memperhatikannya, bahkan tak jarang kita menganggapnya tak ada! sadarku akan hal ini, ketika aq berada di lokasi KKN, di bumi paradiseyang sangat dingin, terpencil dan tak ada sinyal bahkan xl yang jaringannya luas sekalipun. sangat komplit untuk memikirkan tentang kehilangan, apalagi saat itu teman-temanku menyanyikan lagunya bang roma "bila sudah tiada baru terasa, bahwa kehadirannya sungguh berharga..."
saat sakit, kita baru menyadari begitu nikmatnya sehat. kita akan merasa iri melihat orang lain dengan optimal melakukan aktifitas tanpa ada hambatan. namun, pernahkah kita mensyukuri masa sehat kita?
orang yang terdekat dengan kita, akan selalu kita rindukan untuk berada disampingnya, dan betapa tak ingin kita menjauh. sering kita berharap, agar kebersamaan yang terjalin bisa bertahan dan tak lekang oleh waktu. namun hidup adalah skenario tuhan yang menjadi misteri, dan itu tidak menutup kemungkinan akan mengambil milik kita dan menjauhkannya dari kita.
seseorang akan berusaha keras agar menjaga miliknya. baik dengan menyembunyikannya, menguncinya rapat, bahkan seprti Melati_ku yang membangun ruang kecil baja dihatinya agar miliknya tak bisa hilang!
namun hanya satu yang perlu diingat bagi semua yang merasa memiliki sesuatu, bahwa segala sesuatu yang ada dalam genggaman kita, sepenuhnya bukan milik kita. itu adalah milik sang khaliq yang kapanpun bisa Dia ambil, dan tak ada yang mampu menahannya. so, bersiaplah untuk merasakan kehilangan...

Read More..
posted under | 0 Comments

Menjadi Pilar


Bukan tak mungkin ada seseorang yang tak bisa menjadi pilar. Keberadaannya yang diharapkan dapat menjadi penyangga yang tangguh bagi atap di atasnya, dan juga mengokohkan tiap jengkal bahan baku yang menyelimutinya, adalah sia-sia bila si pilar tak bersedia untuk berdiri.

Pilar itu adalah kekuatan. Bayangkan saja, ia harus berdiri tegak sepanjang bangunan itu ada. Bayangkan saja, bila sebuah pilar harus permisi dan mengundurkan diri barang sedetik, maka tak ayal bangunan itu harus rela kehilangan satu penopangnya dan perlahan menjadi rapuh. Mudah runtuh. Sebab, pilar adalah penahan segala dan penguat tegaknya.
Pilar adalah kegagahan. Walaupun keberadaannya tertutup oleh lapisan batu, semen, cat, dan sekian banyak lagi yang menyembunyikan perannya. Ia pun menyendiri, walau tak mungkin pula hanya sebuah yang berdiri, namun tetap sepi. Sebab tegaknya yang gagah itu tak berada berhimpitan. Hingga tak heran, bila ia kesepian. Tugasnya seolah ia laksanakan seorang diri, padahal tak sedikit pilar-pilar lain yang merasakan hal yang sama.

Tak semua orang bisa menjadi seorang pemimpin? Memang benar. Tapi ternyata tak juga semua bisa menjadi seorang anggota. Menjadi pemimpin yang memberikan instruksi dan perintah memang tak mudah, sebab ia pun harus mengatur dan mengendalikan sekian banyak orang di bawahnya. Tetapi, ternyata tak kalah sulitnya menjadi seorang yang tugasnya menjalankan perencanaan yang telah dibuat dan menguatkan barisan agar makin melangkah maju ke depan. Tak kalah sulitnya, bahkan untuk mengatasi sebuah kejenuhan akan tugas-tugas yang terasa membosankan, butuh sebuah kekuatan.

Menjadi pilar, adalah menjadi penentu kuat rapuhnya sebuah bangunan. Bila ia enggan berdiri, maka tak mungkin lah bangunan tersebut dapat berdiri gagah dan indah. Bila ia bosan dan memutuskan untuk lari, maka bangunan itu akan kehilangan keseimbangan, goyah, dan bisa-bisa hancur rubuh terpecah-pecah. Jadi, bukankah menjadi sebuah pilar adalah menjadi sebuah kekuatan besar? Pilar yang tak gentar melawan hingar bingar cobaan yang menghajar, akan dengan setia menyandang sampai bangunan itu tak diperlukan lagi ada. Namun pilar yang selalu kalut dan takut menghadapi angin ribut, akan dengan mudah minggir atau terpinggirkan.

Setiap diri kita adalah seumpama sebuah pilar. Di manapun kita berada, pasti akan berhadapan dengan seseorang lain yang menjadi pemimpin dan bertugas mengarahkan gerak yang kita lakukan, juga bersinggungan dengan sekian aturan dan perencanaan-perencanaan untuk setiap aktivitas keseharian. Di rumah, di jalan, di sekolah, di kampus, di tempat kerja....

Menjadi pilar adalah bertahan. Ketika pondasi yang terletak menginginkan kekokohan penyangga, ketika rangka dan bahan baku lainnya membutuhkannya sebagai penunjang terwujudnya keindahan, ketika atap yang menaungi tak mungkin terbentang tanpa ditopang olehnya. Dan harus tetap tegak walau tak disokong oleh kualitas kulit luar dan bahan baku yang baik, walau kian banyak keropos yang menggerogoti tubuh bangunan.

Mengalami kejenuhan akan aktivitas keseharian yang lama-lama terasa monoton, adalah suatu hal yang biasa. Sukses mengatasinya dan tidak menyerah begitu saja terhadap kejenuhan, barulah luar biasa. Seringkali, seseorang yang tak memiliki daya tahan yang kuat terhadap rasa jenuh, memilih untuk pergi meninggalkan segala tugas-tugasnya atau rutinitas yang dirasa membosankan itu, untuk mendapatkan sesuatu hal yang baru. Bukan semata-mata untuk mencari sebuah tantangan, melainkan menyerah sebab tak menemukan cara untuk bertahan. Bila saja mau meluangkan waktu untuk mengasah diri ini menjadi lebih kreatif, maka tiap jenak kebosanan itu akan digantikan oleh berbagai ragam aktivitas lainnya, sebagai penawar. Menjadikan kegiatan-kegiatan sampingan selain aktivitas rutin, seperti mengikuti sebuah organisasi sosial dan melakukan aktivitas yang digemari, sebagai 'obat' bagi rasa jenuh yang selalu berusaha 'mematahkan' semangat diri kita untuk menyelesaikan tugas dengan baik.

Bertahan sebagai seorang anggota dengan berbagai keterbatasannya memang tidak mudah. Diri kita akan dibatasi oleh berbagai aturan, sejumlah hak dan kewajiban yang harus dipenuhi, dan berbagai hal lain yang seakan mengekang kebebasan untuk berekspresi sekehendak hati. Tetapi, bukankah di setiap jalan kehidupan membutuhkan aturan untuk memastikannya berjalan lancar minim hambatan? Dan bukankah aturan-aturan tersebut akan membantu anggota yang satu dengan yang lainnya agar mudah berkomunikasi dan bekerja sama? Menjadi sebuah pilar, tidaklah ringan sebab ia memegang peranan penting. Dan sesungguhnya setiap diri kita adalah seorang pilar bagi setiap komunitas kecil maupun besar yang kita masuki.

Maka, seberapa kuatkah 'model' pilar yang kita mainkan bagi sebuah bangunan yang sedang kita topang?

Read More..
posted under | 0 Comments

Saat Bintang Meredup...


Bukan karena ku berubah lemah,
Saat aku menangis di hadapanmu
Bukan pula ku jadi pengecut,
Saat aku adukan semua kesal dalam dadaku
Bukan pula ku tlah munafik,
Saat aku tak mampu jadi pahlawan...

Benar apa yang dikatakan Anis Matta, tak selamanya pahlawan berkubang dalam keemasan di setiap detik hidupnya. Bahkan mungkin hanya ada satu momen besar dalam hidupnya. Sisanya... berkisar kesedihan, jatuh, tertekan atau mungkin hidup yang datar saja. Karena itulah manusia. Hamba yang diciptakan Allah penuh dengan keluh kesah dalam hidupnya. Bila ujianNya berhasil dilalui layaklah dia menjadi bintang, atau paling tidak tergores namanya di sudut-sudut langit.

Seorang penulis terkenal misalnya. Dengan lentik-lentik jemarinya yang menari diatas tuts keyboard komputer, dia bisa merayu manusia menuju kebaikan, dia mampu kobarkan semangat jihad para pejuang, bahkan diapun dapat meruntuhkan jiwa-jiwa pendosa. Tapi, suatu ketika kelak mungkin, dalam hidupnya hamba hadir cobaan hingga jiwa yang begitu tinggi di mata pembaca menjadi lemah di hadapan seorang teman sejati. Naifkah?

Apakah kita hendak mengukur kehebatan pahlawan dari sisi manusianya? Bila kita memandangnya sebagai manusia, itu adalah sebuah kewajaran karena manusia adalah seorang hamba. Seorang yang kadar keimanannya bisa naik bisa turun.

Apakah kita hendak mengukur kehebatan pahlawan dari sisi ilmunya? Bila kita memandangnya sebagai seorang ulama, itu adalah sebuah kewajaran karena ulama adalah manusia. Makhluk yang bernama manusia yang adalah seorang hamba.

Dari sisi manapun pahlawan adalah manusia, hamba yang penuh dengan sisi-sisi kekurangan yang di bekali Allah Subhanallahu Wa Ta'ala sebagai saudara dari kelebihan. Begitu pula dengan kadar keimanan makhluk yang jiwanya ada diantara jemariNya, mudah berubah.

Lalu, saat kita hendak mengadili bintang karena sinarnya yang tak lagi terang, sebenarnya sudah adilkah kita hingga pantas untuk mengadilinya?

Saat cahaya bintang itu meredup mungkin kabut terlalu tebal melingkupinya hingga dia perlukan pundak seorang sahabat untuk meluruhkan mendung dalam hatinya. Ataukah bintang itu sebenarnya hanya butuh waktu bertapa sejenak dari kebisingan dunia hingga jiwanya kembali tersucikan setelah khalwat dengan pemilik cahaya abadi. Barangkali bintang itu sebenarnya ingin mengungkapkan semua rahasia tapi malu karena dia adalah bintang, hingga hanya goresan-goresan kalimat tidak jelas menghiasi buku hariannya.

Di balik itu dalam Al-quran disebutkan bahwa setiap muslim adalah bersaudara. Atau ada ungkapan di balik lelaki yang sukses ada seorang istri yang hebat. Intinya semua hasil tidak bisa terwujud hanya karena satu, diri. Apalagi tanpa melibatkan pemilik semesta. Selain Allah Subhanallahu Wa Ta'ala, tempat memohon pertolongan dan berharap, hamba butuh seorang teman sejati yang mengingatkan ke mana harus berjalan menuju tempat pelabuhan hakiki. Sahabat sejati dapat berwujud suami/istri, orang tua, sahabat ataukah bahkan buku/ilmu.

Merekalah penyelamat saat bintang tak mampu berdiri sendiri, saat lelah menyapa hingga saat kesedihan membunuhnya. Merekalah jiwa-jiwa yang diturunkah Allah sebagai Tangan-tanganNya yang penuh kasih.

...bukan karena apa ataukah apa
hanya saja ini adalah masanya...

Read More..
posted under | 0 Comments

Cintai Aku Hari Ini


Pernah merasakan kerinduan yang teramat sangat? Kerinduan untuk mendapatkan cinta. Saat itu seolah hati merana tak berjiwa. Seperti hampa. Tak berdaya. Namun kehidupan ini memaksanya untuk tetap ada.

Setiap diri kita pasti butuh cinta. Dan kebutuhan itu terlihat nyata dari perilaku kita, ataupun tersembunyi lewat kata. Entah dinyatakan secara jelas, entah sekedar tersirat hadirnya. Mungkin pula hanya berupa rasa rindu yang menggelora tanpa kuasa meminta. Cinta itu fitrah adanya.
Seringkali tak sanggup diri kita untuk memperhatikan lagi rambu-rambu dalam bercinta. Oleh sebab perasaan itu telah kuat adanya. Otak ini serasa beku tak kuasa, sedang hati telah terguratkan olehnya.

Kadangkala, kalimat yang kita ucapkan tak melulu mewakili perasaan yang sebenarnya.Seringkali hati lah yang bisa berbicara, namun mulut ini tak sanggup mengutarakannya. Keinginan untuk dicintai itu telah terpendam jauh di pelosok kalbu.

Kepada manusia, kita telah melakukan apa saja untuk mendapatkan cinta. Dari ayah dan ibu kita, teman dan sahabat, suami, anak, istri, dan siapa saja yang dekat dengan diri kita.

Kepada Sang Pencipta, apakah kita berlaku hal yang sama? Andaikan begitu lemah kita menyampaikan rasa, bagaimana kita meminta kepada-Nya? Bukankah segala pinta tersampaikan lewat doa?

Walau hanya sebatas satu kalimat yang terlantunkan dari hati,
Ya Allah, cintai aku hari ini...

Read More..
posted under | 0 Comments

Sanksi Bagi Pemimpin

Perlakuan pemimpin dapat membuatnya dilarang utuk memasuki surga

Imam al-Auza'i (abad 3 H.), seorang ulama salafus shalihin, memberi petuah kepada Khalifah Ja'far al-Mansur, salah seorang penguasa Dinasti Abbasiyah:

"Setiap pemimpin harus mau menerima nasihat dari siapapun yang bertujuan mengajak kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran
Rasulullah SAW bersabda, "Allah memberi karunia kepada pemimpin umat yang mau menerima dengan baik setiap nasihat berharga, kemudian mengamalkannya. Ketahuilah, menolaknya akan mendatangkan malapetaka di hari kiamat kelak. Dosanya makin bertumpuk disertai kemurkaan Allah SWT kepadanya. Camkanlah ini, wahai Amirul mukminin!"

"Apa nasihat Anda selain itu?" tanya Ja'far al-Mansur sambil terisak-isak.

"Jangan membohongi rakyat," jawab Al-Auza'i tegas.

"Ingatlah sabda Rasulullah SAW, 'Setiap penguasa yang membohongi rakyat tidak akan diizinkan oleh Allah SWT memasuki surga. Maka janganlah Anda membuang surga hanya karena Anda ingin mendapat keamanan dan kenyamanan di dunia melalui kebohongan-kebohongan kepada rakyat!'"
fastabiqul khairat

Read More..
posted under | 0 Comments

Melakukan percepatan diri


Bagaimana caranya agar kita mampu melakukan percepatan diri? Ada tujuh hal yang layak kita perhatikan. Pertama, adanya kesadaran untuk melakukan percepatan. Kesadaran ini akan hadir tatkala kita memiliki pengetahuan yang cukup tentang arti penting perubahan. Tanpa adanya kesadaran mustahil seseorang akan bergerak. Kesadaran dan ketidaksadaran ini bagaikan orang bangun dan orang tidur.

Kedua, memiliki visi dan misi. Visi adalah "mencari gambaran masa depan"; sedangkan misi adalah "sesuatu yang harus dilaksanakan dan diselesaikan untuk menuju arah masa depan sesuai dengan visi yang telah ditetapkan". Dengan adanya visi dan misi, jalan hidup kita akan lebih terarah. Ketiga, pandai melakukan skala prioritas dalam hidup. Skala prioritas sangat penting artinya karena sumber daya yang kita miliki --waktu, kesempatan, dana, kekuatan fisik-- serba terbatas.

Menurut Dr Quraish Shihab, apabila ada dua alternatif untuk melakukan satu di antara dua pekerjaan yang sama dan memiliki arti yang sama pula, maka harus dipilih pekerjaan yang memakan waktu paling singkat. Di sisi lain apabila ada pekerjaan yang mengandung nilai tambah dan dapat diselesaikan dalam waktu yang sama tanpa nilai tambah, maka pilihlah pekerjaan yang memiliki nilai tambah. Misal shalat berjamaah yang lebih diutamakan daripada shalat sendirian, termasuk dalam hal ganjarannya yang perbandingannya 27:1.

Keempat, kita harus menerapkan konsep efisiensi (penghematan). Seorang Muslim hendaknya berbuat seperti seorang pelari maraton yang harus berlari dalam jarak jauh. Ia akan seefisien mungkin mengelola setiap sumber daya yang dimilikinya dan menjauhkan diri dari kemubaziran. Orang yang efisien adalah orang yang memiliki pandangan jauh ke depan (QS Al-Hasyr [59]:18 dan QS An-Nahl [27]: 10-11).

Berhemat pada dasarnya adalah menghitung apa yang akan terjadi di masa datang, bukan cerminan sikap kikir dan individualis. Ia sadar bahwa hidup tidak akan selamanya lurus, ada susah ada senang. Efisiensi berarti pula melakukan segala sesuatu secara benar, tepat, akurat, dan mampu membandingkan antara besaran input dan output.

Kelima, masuk ke dalam lingkungan yang kondusif. Lingkungan sangat besar pengaruhnya dalam meningkatkan optimalisasi dan pengembangan potensi diri, baik self development (pembangunan diri) maupun social development. Rasulullah SAW bersabda bahwa seseorang itu sangat dipengaruhi temannya (lingkungannya). Siapa yang bergaul dengan pandai besi, dia akan terkena bau bakaran. Dan siapa yang bergaul dengan tukang minyak wangi, maka ia akan merasakan harumnya minyak wangi.

Keenam, belajar dan bertumbuh secara terus menerus sepanjang hidup (continuous lifetime learning). Henry Ford mengatakan, "Barangsiapa berhenti belajar berarti dirinya sudah tua, tidak peduli apakah dia berusia 20 tahun atau 80 tahun. Barangsiapa terus menerus belajar, dia tetap awat muda. Hal terbesar dalam hidup ini adalah menjaga agar pikiran kita tetap muda". Belajar di sini bukan sekadar semangat belajar. Yang tak kalah penting adalah belajar bagaimana cara belajar yang efektif. Karena itu, sangat penting kita harus menguasai cara belajar efektif, teknik membaca cepat, teknik memanfaatkan kemajuan teknologi, dan lainnya.

Ketujuh, kita harus memiliki sumber motivasi yang tak pernah padam. Sumber motivasi itu harus berasal dari Allah. Analoginya, motivasi dari Allah bagaikan cahaya matahari yang selalu bersinar, sedangkan motivasi yang berasal dari manusia bagaikan lampu dinding yang mudah padam. Dalam QS Al-Baqarah ayat 154 Allah SWT berfirman: "Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan. Di mana saja kamu berada, Allah pasti akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat)."

Demikian Allah SWT memotivasi kita untuk terus mengembangkan diri dan berpacu dalam kebaikan. Wallahu a'lam bish-shawab.

Read More..
posted under | 0 Comments

Bangkit Dari Keterpurukan


Siapapun pasti pernah mengalami rasa terpuruk. Tersungkur. Jatuh.Habis-habisan. Merasa sulit untuk bangkit lagi. Cobaan mendera-dera tak berkesudahan. Bumi dan langit semakin sempit. Derai air mata tak sanggup menahan kegundahan, sakit tak terkatakan.

Jangan bersedih ! Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan. Seperti yang Allah wahyukan, pengobat hati yang gundah untuk orang-orang beriman adalah Qur'an-Nya. Maka dengarkanlah ayat-ayatnya dan renungkanlah maknanya. Dengarkanlah, Allah menghibur hamba-hamba-Nya dengan hikmah peristiwa yang menimpa para manusia pilihan-Nya.

Ingatlah ketika Rasulullah berdakwah di Thaif agar mereka bertakwa pada Allah sang Pencipta. Bukan ucapan terima kasih yang beliau terima, justru cacian dan cercaan yang diberikan penduduknya.
Mereka berani mengusir Rasul mulia itu dengan lemparan batu.Sakit tentu hati beliau. Sedih sudah pasti. Apalagi orang-orang yang dicintai dan membela, Khadijah dan Abu Thalib sudah meninggalkannya. Tapi Rasulullah malah berdoa kelak keturunan penduduk Thaif adalah orang-orang yang bertakwa pada Allah. Buah kesabaran beliau adalah kemenangan dan kejayaan Islam.

Kesedihan bagaimanapun akan selalu menjadi bagian dari diri kita. Tapi apa kita harus terus menerus berada dalam kondisi tidak berdaya? Tenggelam dalam kesedihan yang berlarut-larut? Sadarlah, kesedihan itu tidak akan mengubah apapun yang telah terjadi. Kesedihan adalah hal yang manusiawi. Tapi bangkit lagi adalah upaya seorang pahlawan.

Sungguh tak ada yang bisa merubah kesedihan dan keterpurukan selain kita sendiri.

Bangkitlah. Mulailah hari baru. Tatap matahari esok dengan segala optimisme. Ketahuilah, kesedihan ini akan berlalu seiring waktu. Tapi waktu tidak akan menunggu kita bila kita diam terpekur tak berbuat sesuatu. Bangkitlah, untuk sebuah perubahan yang lebih baik.Hidup yang lebih baik dari hari ini. Jangan kita ditinggal oleh orang-orang yang berlari mengejar masa depannya. Meninggalkan kita dalam lubang keterpurukan yang secara sadar telah kita gali sendiri.

Read More..
posted under | 0 Comments
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

Popular Posts

Blog Archive

Diberdayakan oleh Blogger.

Followers

    Translate


Recent Comments