Bangkitlah Kawan

Jika sudah tidak peduli lagi terhadap realitas, silakan lari kegunung lalu bunuh diri. Dari pada kamu hidup sebagai sampah masyarakat dan budak zaman (Rus Spencer Bin Sulaiman Bin Ahmad).

Tentu adagiumku diatas bukan tanpa makna, tapi manifestasi naluriku yang selalu berontak dan mengamuk bagaikan badai yang bergemuruh akibat tidak puas melihat sikap anak zaman yang anti tuhan (atheis), bertopengkan kaum intelektual pedantis yang suka mengeluarkan mitos-mitos ilmiah dan retorika kebohongan, sehingga retorikanya sendiri yang menenggelamkan dirinya pada jurang kesombongan.
Itulah fenomena kebiadaban anak zaman yang mengalami degradasi moral dan kekosongan iman. Sehingga secara sadar atau tidak mereka menciptakan tuhan palsu (Pseudo Lord) seperti tuhan hedonisme, tuhan materialisme, dewa Amor, dewi Eros yang pada era modern ini menurunkan wahyunya lewat globalisasi dan disampaikan oleh internet dan TV.

Sungguh spektakuler sekali. Kita benar-benar telah disihir oleh hantu globalisasi yang mengatasnamakan dirinya malaikat, ataukah kita sendiri yang sedang berpura-pura atau benar-benar gila. Sehingga dengan ikhlas dan bangga menjadi inlandernya kompeni post modern yang telah bermetamorfosa dari selimut kapitalisme kedalam bentuk pranata ekonomi dunia yang dalam ungkapan adagium saya ”Tiga Setan Kembar” yang menakut-nakuti dunia pada hari ini.
Tidak berarti kita tidak punya kabar gembira untuk kita tertawa, tetapi memang kondisi kita tidak patut untuk bersuka ria. Bangsa kita sekarang dalam tahap penyembelihan untuk mati. Pemerintah kita telah melakukan konspirasi massif dengan pihak kapialisme global untuk melahap habis hutan-hutan di negara kita ini. Sehingga pada titik kulminasinya nanti kita akan mengalami kelaparan dan gizi buruk, dimana kelangkaan air bersih akibat kerusakan lingkungan yang dieksploitasi. Sungguh kasihan ibu Pertiwiku. Lestarikan alam hanya celoteh belaka, dan kecelakaan besar bagi kita umat manusia. Bencana alam dimana-mana, ibu pertiwi mulai bosan dengan anak bangsanya yang semakin kurang ajar.

Hampir-hampir aku putus asa, tetapi aku teringat pesan orang tempo doeloe ”jangan mengeluh kalau tidak punya sesuatu yang ditawarkan.” Pemerintah sudah tidak bisa dipercaya lagi, lebih-lebih aparat penegak hukum. Adapun polisi, sungguh aku akan mual mendengarnya. Mempercayai polisi lebih baik mempercayai polisi tidur, yang selalu setia menertibkan lalu lintas.
Sebagai generasi aku harus berbicara apa adanya, karena inilah kondisi kita saat ini. Kita mengalami dehumanisasi, degradasi moral dan menjadi kaum agnostic. Kita jangan mengkhayal ingin menjadi bangsa yang sejahtera, maju dan madani, kalau kita masih seperti kambing yang selalu saja dikebiri oleh ”anjing-anjing” birokrasi yang rakus meminum darah rakyatnya.
Sebagai pesan terakhir dan bentuk kemerdekaanku, maka aku berbicara menurut mulutku, melihat menurut mataku, berbuat menurut kehendakku dan berjalan menurut langkah kakiku, tentunya masih dibawah garis nilai dan norma yang terkodifikasi. Jangan lagi kita berselimut sementara disekitar kita sudah sangat sembrawut tak beraturan. Mari kita bangkit dari keterpurukan ini!!!

oleh: IMMawan Edi Suparjan

posted under |

0 komentar:

Posting Komentar

jangan lupa tinggalkan komentar ya...trims

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

Popular Posts

Blog Archive

Diberdayakan oleh Blogger.

Followers

    Translate


Recent Comments