rindu

rasakan deru nafas rinduku mengalun dengan ritme berirama melankolis dingin... seakan mati dapatkah kau hangatkanku? saat diriku membeku ditelanjangi sepi

Read More..
posted under | 0 Comments

Menulis Yuk!!

Menulis kadang terasa membosankan bagi pemula, bahkan cukup sulit bagi sebagian orang. Akan tetapi jika terus dilakukan maka kata-kata yang ada dalam pikiran kita akan mengalir begitu saja, tidak ubahnya seseorang yang sedang ‘ngobrol’ dengan sahabatnya. Sebuah tulisan merupakan ungkapan dari ide-ide yang ada dalam pikiran. Tulisan dapat dikonsumsi dalam jangka waktu lebih lama dan bisa diwariskan hingga beberapa generasi, dan itulah yang menjadi salah satu perbedaan dengan pidato. Salah satu tujuan pendidikan Kemampuan menulis merupakan salah satu dari 4 (empat) kemampuan dasar yang harus dicapai dalam tujuan pendidikan formal. Keempat kemampuan dasar itu adalah: kemampuan membaca, kemampuan menulis, kemampuan mendengarkan, dan kemampuan berbicara. Oleh sebab itu, ketika pertama kali mengikuti kelas formal maka yang dipelajari tidak terlepas dari keempat kemampuan tersebut. Namun tak jarang kita menganggap remeh kemampuan yang satu ini, karena banyak diantara kita yang menganggap tulisan merupakan media yang cukup lama menyampaikan informasi kepada yang kita tuju. Akan tetapi jika dicermati dengan baik, sesunggunya tulisan mempunyai nilai lebih tersendiri, karena ide maupun aspirasi yang tertuang dalam tulisan cukup rapi dan sistematis jika dibandingkan dengan saat kita mengungkapkannya secara oral. Pilihan orang sukses Benar sekali! Menulis merupakan pilihan bagi orang-orang yang sukses. Sosok yang cukup dikenal oleh kita Rasulullah SAW juga menyuruh kepada para sahabat untuk menulis dan menghafal apapun yang disampaikannya, sehingga tak jarang wahyu yang diturunkanpun dicatat dipelepah kurma dan batu. Sahabat Rasul yang dikenal dengan keberaniannya, Umar ra juga mengatakan “sesungguhnya ilmu itu adalah binatang buruan, maka ikatlah ia dengan tali yang sangat kokoh, yaitu TULISAN!”

Read More..
posted under | 0 Comments

Konflik, Agama dan Elit Politik

Agama manapun tidak pernah diciptakan demi kekerasan, juga tidak ada satu agama pun yang pernah mentradisikan kekerasan sebagai bagian dari ajaran sucinya. Tapi secara sosiologis, ajaran agama tidak selamanya serta-merta bisa diwujudkan karena agama tidak hanya merupakan sebuah denominasi sosial yang mampu membedakan seseorang atau kelompok lainnya; tetapi juga merupakan identitas idiologis, kultural, dan primordial. Secara sosiologis, ketika identitas kultural dan primordial telah berpadu dengan kepentingan-kepentingan praktis, maka seluhur apapun ajaran agama tetap saja tidak mampu mengendalikan keberingasan nafsu agresi dan mendominasi itu. Bukan karena ajaran agama yang buruk, melainkan lantaran orang beragama kadang-kadang secara agresif memaksakan kehendak kuasa praksisnya dengan membajak agama sebagai sumber pembenar. Terjadinya berbagai konflik yang berbuah kerusuhan dan kekerasan umat beragama di Indonesia bukan sepenuhnya disebabkan oleh sentimen agama, namun karena faktor klaim kebenaran agama yang sangat mengakar kuat dalam kehidupan masyarakat, sehingga kemudian agama ditarik-tarik dalam situasi konflik. Pemeluk agama yang santun berubah menjadi sangar dan kejam sehingga tidak menyadari bahwa mereka telah dijadikan alat kelompok tertentu untuk mendukung gerakannya. Masyarakat dimanfaatkan sebagai alat perjuangan politik yang bisa bekerja secara efektif. Akibatnya, agama dijadikan alat justifikasi bagi keberlangsungan konflik, sasaran bidik. Bahkan permainan elite politik. Kondisi tidak kritis dan gersang dikalangan pemeluk agama tingkat bawah ini seringkali dimanfaatkan sebagai vote getter. Untuk memuluskan tujuan-tujuannya, para politikus lokal acapkali memanfaatkan mereka sebagai ujung tombak basis massa. Sikap fanatik yang berlebihan dapat memancing emosi massa untuk digiring ke arah aksi brutal dengan tanpa menyadari akan bahaya yang menyertainya. Oleh sebab itu, usaha perelatifan keyakinan atas berbagai hasil tafsir teks ajaran agama untuk menciptakan masyarakat yang inklusif menjadi sangat mutlak. Walaupun untuk menuju ke arah itu sangat sulit, namun jika tidak dimulai dari sekarang, maka bahaya besar terkait dengan keberadaan umat beragama di indonesia akan benar-benar terjadi. Mengingat sikap elit politik Indonesia sangat menyukai keadaan kacau, sehingga mereka bisa memanfaatkanya sebagai penopang tujuan politiknya. Wallahu a'lam...

Read More..
posted under | 0 Comments
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

Popular Posts

Blog Archive

Diberdayakan oleh Blogger.

Followers

    Translate


Recent Comments