Akhlak Solusi Kebangkitan Bangsa

Terkadang ketika akan berubah menjadi lebih baik, sebagian orang akan mencari dan menunggu moment terbaik untuk bangkit. Semoga momentum peringatan kemerdekaan 17 Agustus ditengah Ramadhan kemarin adalah titik awal untuk kita bangkit dan memperbaiki pribadi-pribadi yang mengarah pada perbaikan bangsa. Sebab merupakan realitas sosial bahwa bangsa Indonesia adalah negeri muslim terbesar di dunia, konsekuensi logisnya adalah kaum muslim di negeri ini yang paling bertanggung jawab atas keberhasilan dan ketidak-berhasilan bagi tegaknya negara Indonesia. Oleh sebab itu, secara kultural dan sosiologis pula mayoritas warga negara muslim sebagai representasi dari kewajiban membangun negara yang berperadaban.
Akan tetapi ditengah carut-marut masalah kebangsaan pada hari ini, kebanyakan kita melupakan kiprah dalam memperbaiki pendidikan, ekonomi dan agenda-agenda kultural umat yang masih terlantar. Karena seringkali pikiran kita tersedot oleh masalah ecek-ecek yang diciptakan oleh para elit penguasa. Tanpa disadari, kita sekarang berada dalam lingkaran yang tidak bermoral (the spiral immorality). Pikiran dan aktifitas kita terlalu sibuk mencari solusi untuk keluar dari masalah-masalah tersebut. Padahal sesungguhnya dengan melihat kompleksitas masalah yang ramai dibahas sekarang, dapat ditarik benang merah yang menjadi satu titik dasar penyebab timbulnya masalah-masalah tersebut, yaitu degradasi moral atau kemerosotan akhlak.
Dan yang paling berbahaya lagi, degradasi moral ini sangat rawan menjangkiti generasi muda. Tuna aksara moral (moral ilaterasi) seperti yang diistilahkan oleh Din Syamsuddin, cukup serius melanda umat khususnya generasi muda dan kaum terdidik. Tidak mampu membaca, mencerna dan mengaplikasikan nilai dan ajaran akhlak yang terselip dalam budaya masyarakat kita. Betapa tidak, budaya masyarakat kita yang sarat dengan nilai moral dan akhlak gagal dimanifestasikan ditengah modernitas. Sehingga menjadikan generasi muda semakin jauh dan melupakan nilai akhlak itu sendiri.
Jika melihat kembali pada sirah nabawiyah, sesungguhnya pada masa awal kehadiran Nabi Muhammad SAW, misi pertama yang dilakukan adalah menyelamatkan manusia dari kejahiliyahan yang sangat menyesatkan dengan jalan memperbaiki akhlak, “Sesungguhnya Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia” (HR. Imam Bukhari dan Imam Ahmad). Mencermati hal ini, memperbaiki akhlak manusia tidak hanya berhenti pada masa Nabi dan para sahabat, tetapi misi kenabian itu akan terus berjalan dan tetap eksis meski ditengah masyarakat yang semakin dinamis.
Sebagai masyarakat muslim, sudah seharusnya kita memanifestasikan nilai-nilai etika dan moral islami sebagai sebuah nilai dasar (bottom line values), untuk kemudian diinternalisasikan kedalam kehidupan sosial dalam kerangka amar ma’ruf nahi munkar, menuju pemberdayaan masyarakat secara material, rasional dan spiritual. Karena ajaran Islam sangat memperhatikan masalah akhlak. Sebab, kehancuran suatu bangsa sangat ditentukan oleh baik dan buruknya akhlak bangsa yang bersangkutan.
Menerapkan nilai akhlak dalam kehidupan itu sangat penting untuk meminimalisir degradasi moral generasi, dengan tidak menyampingkan akidah dan ibadah sebagai nilai fundamental. Sebab, akidah ibarat akar yang menancap kuat di dalam tanah dan ibadah adalah pohon yang kuat dan kokoh, sedangkan akhlak adalah buahnya. Meskipun pada kenyataanya, tidak sedikit kita menemukan pohon yang besar lagi kokoh, tetapi tidak berbuah samasekali.
Kepada generasi muda, penulis pribadi merasa perlu menggugat dan mempertanyakan komitmen keislaman kita. Jika tidak ada konkritasi agama dalam kehidupan yang nyata, dapat dikatakan agama hanya bersifat statusquo, Islam yang jumud dan samasekali tidak mengarah pada Islam yang berkualitas dan reformatif.
Tuna aksara moral yang menggerus generasi muda dapat diatasi dengan mengkristalkan nilai akhlak dalam kehidupan sehari-hari. Sekarang saatnya untuk membuktikan bahwa generasi muda memiliki sifat antusiasme untuk merubah kondisi kenegaraan yang masih berada di bawah menjadi lebih baik, dengan memperbaiki moral kita terlebih dahulu. Kesadaran dalam hal ini sangat penting, meskipun terbangun dalam satu kelompok kecil yang minoritas, akan tetapi berkualitas dan bisa diharapkan menjadi pionir kebangkitan bangsa. Sebab jika generasi muda dan kaum terdidik telah rusak akhlaknya, maka kepada siapa lagi negeri ini berharap?!
Wallahu a’lam bishawab

posted under |

0 komentar:

Posting Komentar

jangan lupa tinggalkan komentar ya...trims

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

Popular Posts

Blog Archive

Diberdayakan oleh Blogger.

Followers

    Translate


Recent Comments