Agama dan konsep dunia yang ideal

Tidak ada satu agama pun yang tidak memiliki konsepsi tentang tatanan dunia yang ideal dan sedekat mungkin sesuai dengan kehendak Tuhan. Dalam pemahaman demikian, kehidupan di dalam kosmos diandaikan sebagai realitas yang suci (divine reality) yang eksistensinya perlu dijaga, diamankan dan diperjuangkan. Konsepsi mengenai tatanan ideal itu dibangun melalui pemaknaan terhadap teks suci keagamaan dan dikembangkan pada anggota kelompok masing-masing dengan dengan anggapan kesahihan yang paling valid. Pada tahap bagaimana teks itu dimaknai dan diberi kekuatan itulah persoalan mulai terjadi.
Penulis meyakini bahwa dunia agama dibangun berdasarkan peradaban teks yang lahir dari upaya interpretasi-interpretasi. Pertarungan interpretasi ini yang kemudian menimbulkan ambivalensi dalam sejarah tradisi semua agama. Apa yang penulis maksud sebagai ambivalensi adalah munculnya dua hal kontradiktif pada waktu yang relatif bersamaan. Dalam konteks sejarah agama, perjuangan mempertahankan dan mengambangkan eksistensi, menunjukkan dua wajah sekaligus; yakni moderat dan radikal, pertikaian dan pengutamaan jalan damai. Kondisi tersebut terus tereproduksi dalam bangunan memori kolektif sejarah agama hingga hari ini. Keduanya saling “berebut tempat” dalam membentuk konsepsi moral dan tatanan kehidupan yang dianggap paling absah. Hal demikian tidak hanya terjadi antar agama yang berbeda, tapi juga di dalam satu tradisi agama yang sama.
Dalam kasus kekerasan terhadap warga muslim oleh warga hindu di India sekitar tahun 2002 misalnya, dijelaskan oleh Anantanand Rambachand sebagai menodai dan menyimpang dari ajaran ideal tradisi Hindu. Meski demikian, ia juga mengakui bahwa ajaran mengenai penggunaan kekerasan memang mendapatkan tempat dalam sejarah hindusime sejak berabad-abad yang lalu.(Dalam tradisi Hindu dikenal prinsip Daiva Pravritti yang mengajarkan tentang memaafkan kesalahan orang lain, menghilangkan kemarah (anger) dan kedengkian (malice), ajaran kedamaian dan non-kekerasan, dan pada saat yang sama mengizinkan penggunaan kekerasan pada kondisi-kondisi khusus. See Oliver Mc Ternan, Violence in God’s Name; Religion in an age of conflict).
alam tradisi Hindu, penggunaan kekerasan dibolehkan dalam dalam rangka mempertahankan diri dari segala bentuk repsentasi kekuatan “setan” dan ketidakadilan. Tradisi ini dibangun di atas konsepsi bahwa Tuhan (God) akan senantiasa “hadir” untuk menyelamatkan kaum lemah dari kekuatan belenggu ‘setan’ (evil).
Dalam Budhisme, terdapat ajaran-ajaran tentang menjunjung tinggi perdamaian dan pasifism (Konsepsi bahwa jalan damai harus senantiasa dipertahankan dalam segala kondisi, apapun resikonya.ajaran ini dapat ditemukan di salah satu kitab suci budha; Brahmajala-sutra).Pemahaman ini mengandaikan perjuangan dalam mempertahankan nilai-nilai ajaran budha tidak dapat dilakukan dengan mengorbankan manusia. Karena, hanya dengan menghormati nyawa manusialah sang Budha dapat hadir kembali dalam hati setiap individu. Tidak jadi soal apakah dengan prinsip itu eksistensi agama budha harus hilang dan demokrasi tidak dapat ditegakkan. Berlawanan dengan prinsip ini, dalam tradisi Budha Mahayana terdapat ajaran bahwa perdamaian haruslah dipromosikan dengan cara menghentikan setiap ketidakadilan, penderitaan dan penindasan. Upaya mewujudkan perdamaian tersebut dapat dilakukan dengan kekerasan. Hanya saja, penggunaan kekerasan tersebut harus benar-benar menuju pada target yang benar, hati-hati dan tidak membunuh orang-orang yang tak terlibat. Beberapa kalangan menilai alasan tersebut hanyalah sebagai alat justifikasi moral untuk mensahkan kekerasan.
Dalam Islam, diantara sekian banyak konsepsi makna yang dikembangkan untuk membangun dunianya ada term jihad. Di sepanjang sejarahnya, pergulatan pemaknaan atas term jihad terus menginspirasi wacana tentang tatanan dunia ideal islam. Di satu satu sisi, Jihad dimaknai sebagai sebagai upaya memenangkan kualitas-kualitas ilahiah dalam diri manusia atas kualitas-kualitas syaithaniah. Definisi banyak dianut dan dikembangkan oleh kaum muslim moderat dan sufi. Disisi lain, jihad dimaknai sebagai upaya menegakkan kebenaran di jalan allah dan pada saat tertentu berarti pengerahan kekuatan bersenjata atas tujuan mempertahankan diri.
Dalam perjalanannya, jihad seringkali diinterpretasi dengan cakupan makna yang lebih luas sekaligus rigid. Pra syarat Kondisi dimana jihad dengan menggunakan kekerasan dalam konteks mempertahankan diri dianggap perlu dan niscaya dirasionalisasikan sedemikian rupa. Apa yang disebut masa Jahiliyah oleh sayyid Quthb misalnya, adalah sistem sekuler yang ditanamkan oleh Barat terhadap negara-negara muslim, khususnya sejak masa-masa kolonialisme pada abad 17 dan 18. Dalam konteks dimana karakteristik masa Jahiliyah berulang, perlawanan dengan kekerasan sah dilakukan.Term Jihad juga menginspirasi gerakan politik GIA (Groupe Islamique Arme) di tahun 1990-an untuk melancarkan serangan terhadap pelaksana negara dan masyarakat sipil yang dianggap telah murtad (Apostate) dan kafir (infidel).
Pendek kata, representasi dua kekuatan dalam agama dalam membentuk tatanan dunia ideal selalu muncul secara bersandingan. Hal ini yang menurut Khaled Abou El-fadl sebagai moment-moment tranformasi dalam pergulatan agama sepanjang sejarah. Dalam situasi seperti ini, mayoritas-diam perlu memberanikan diri untuk menegakkan dan merebut apa yang disebut sebagai moral agama yang humanistik dari ‘tangan-tangan’ puritanisme dalam rangka berkontribusi untuk dunia yang lebih damai dan toleran. Karena kedua kelompok kekuatan ini, dalam bentuknya yang paling murni dan menyeluruh, tidak dapat dipertemukan. Dan, sekalipun sejumlah koeksistensi dimunkinkan, keduanya cendrung berbenturan dan berebut tempat.

Referensi:
-Khaled Abou El-Fadl, Selamatkan Islam dari Muslim Puritan,terj.Helmi Mustafa
-Mohammed M. Hafez, From marginalization to massacres; a Political Process Explanation of GIA Violence in Algeria, in Quintan Wiktorowicz, Islamic activism; A social Movement Theory (United States of America: Indiana University Press

dikutip dari makalah kelas SARK oleh mas Apifuddin Toha

posted under |

0 komentar:

Posting Komentar

jangan lupa tinggalkan komentar ya...trims

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

Popular Posts

Blog Archive

Diberdayakan oleh Blogger.

Followers

    Translate


Recent Comments