Konflik, Agama dan Elit Politik

Agama manapun tidak pernah diciptakan demi kekerasan, juga tidak ada satu agama pun yang pernah mentradisikan kekerasan sebagai bagian dari ajaran sucinya. Tapi secara sosiologis, ajaran agama tidak selamanya serta-merta bisa diwujudkan karena agama tidak hanya merupakan sebuah denominasi sosial yang mampu membedakan seseorang atau kelompok lainnya; tetapi juga merupakan identitas idiologis, kultural, dan primordial. Secara sosiologis, ketika identitas kultural dan primordial telah berpadu dengan kepentingan-kepentingan praktis, maka seluhur apapun ajaran agama tetap saja tidak mampu mengendalikan keberingasan nafsu agresi dan mendominasi itu. Bukan karena ajaran agama yang buruk, melainkan lantaran orang beragama kadang-kadang secara agresif memaksakan kehendak kuasa praksisnya dengan membajak agama sebagai sumber pembenar. Terjadinya berbagai konflik yang berbuah kerusuhan dan kekerasan umat beragama di Indonesia bukan sepenuhnya disebabkan oleh sentimen agama, namun karena faktor klaim kebenaran agama yang sangat mengakar kuat dalam kehidupan masyarakat, sehingga kemudian agama ditarik-tarik dalam situasi konflik. Pemeluk agama yang santun berubah menjadi sangar dan kejam sehingga tidak menyadari bahwa mereka telah dijadikan alat kelompok tertentu untuk mendukung gerakannya. Masyarakat dimanfaatkan sebagai alat perjuangan politik yang bisa bekerja secara efektif. Akibatnya, agama dijadikan alat justifikasi bagi keberlangsungan konflik, sasaran bidik. Bahkan permainan elite politik. Kondisi tidak kritis dan gersang dikalangan pemeluk agama tingkat bawah ini seringkali dimanfaatkan sebagai vote getter. Untuk memuluskan tujuan-tujuannya, para politikus lokal acapkali memanfaatkan mereka sebagai ujung tombak basis massa. Sikap fanatik yang berlebihan dapat memancing emosi massa untuk digiring ke arah aksi brutal dengan tanpa menyadari akan bahaya yang menyertainya. Oleh sebab itu, usaha perelatifan keyakinan atas berbagai hasil tafsir teks ajaran agama untuk menciptakan masyarakat yang inklusif menjadi sangat mutlak. Walaupun untuk menuju ke arah itu sangat sulit, namun jika tidak dimulai dari sekarang, maka bahaya besar terkait dengan keberadaan umat beragama di indonesia akan benar-benar terjadi. Mengingat sikap elit politik Indonesia sangat menyukai keadaan kacau, sehingga mereka bisa memanfaatkanya sebagai penopang tujuan politiknya. Wallahu a'lam...

posted under |

0 komentar:

Posting Komentar

jangan lupa tinggalkan komentar ya...trims

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

Popular Posts

Blog Archive

Diberdayakan oleh Blogger.

Followers

    Translate


Recent Comments