Peran dan Damai dalam agama-agama

Jika dilihat lebih jauh lagi, sesungguhnya agama-agama besar di dunia ini terlihat paradoks. Disatu sisi kehadiran agama dianggap membawa kedamaian dan memiliki kandungan non-violent bagi kehidupan manusia, tetapi disisi lain teks keagamaan juga “membenarkan” untuk menebar kebencian dan peperangan.
Penyebaran agama juga berhubungan dengan penggunaan kekerasan. Jika kita menelaah agama-agama besar secara rinci, kita akan menemukan jejak yang sama. Teks-teks dasar mencerminkan kekerasan upacara pengorbanan, penggunaan kekerasan untuk tujuan yang lebih tinggi, dan perlunya kekerasan dalam mempertahankan agama. Bersamaan dengan regulasi etis akan kekerasan yang tidak legitimate, semuanya ditunjukan untuk mencapai perdamaian tertinggi.
Konsep jihad dalam Islam yang pemaknaannya hingga saat ini menjadi perdebatan merupakan sebuah legitimasi oleh sebagian kelompok dalam melakukan berbagai tindakan anarkis. Dalam idiologi Kristen, adapula konsep perang suci. Perang adalah keharusan selama setan –bisa berarti dalam bentuk manusia- dan sekutunya selalu mengganggu dan menajuhkan manusia dari kasih Tuhan. Demikian juga dalam ajaran Hindu. Perang untuk menumpas kejahatan telah diperagakan oleh para dewa-dewa yang turun langsung ke bumi.
Tidak hanya konsep tentang perang yang tercantum dalam kitab suci agama-agama dunia, tetapi ada juga konsep tentang perdamaian, bagaimana menciptakan perdamaian dan menjaga perdamaian. Seperti halnya Islam mengenal konsep rahmatan lil ‘alamin, Kristen dengan ajaran kasihnya dan Hindu dengan Ahimsanya. Akan tetapi penerapan konsep-konsep perdamaian ini tergerus oleh isu-isu kekerasan bernuansa SARA, sehingga agama terlihat tidak seimbang karena hanya dapat menciptakan kekacauan saja.
Agama pada dasarnya berfungsi integrative pemersatu bagi suatu komunitas masyarakat maupun bangsa tertentu. Tetapi ia juga bersifat disintegratif pemecah belah apabila tidak dikelola oleh para elit agama dan pemeluknya secara baik dan benar. Geertz menyatakan bahwa agama sebagai sebuah symbol yang berfungsi untuk membangun perasaan dan motivasi yang penuh kekuatan, pervasive dan tanpa akhir dalam diri manusia dengan merumuskan konsep-konsep ini dengan suatu aura faktualitas sehingga perasaan dan motivasi di atas secara unik nampak realistis.
Cara pandang terhadap agama dengan menempatkan agama sebagai sumber konflik, telah menimbulkan berbagai upaya menafsirkan kembali ajaran agama dan kemudian dicarikan titik temu pada level tertentu, dengan harapan konflik diantara umat manusia akan teredam jika faktor “kesamaan agama” itu didahulukan. Pada level eksoteris-seperti aspek syari’ah- agama-agama memang berbeda, tetapi pada level esoteris, semuanya sama saja. Semua agama kemudian dipandang sebagai jalan yang sama-sama sah untuk menuju kepada Tuhan, termasuk Islam dan Kristen.
Konsep perang dalam beberapa kitab suci agama-agama sepakat mengatakan bahwa perang itu dilakukan ketika ada ancaman dan untuk melindungi diri (difensif). Pemaknaan kasih sayang dan persaudaraan dalam ajaran dan idiologi agama dapat diterapkan untuk membangun perdamaian dalam kehidupan ditengah masyarakat yang plural. Oleh sebab itu, diperlukan usaha yang cukup intensif dari para tokoh agama untuk mewartakan lebih serius lagi tentang kasih sayang dalam idiologi agamanya masing-masing.
Alternatif meningkatkan kasih sayang dan persaudaraan hendaknya dianggap sebagai salah satu jalan untuk mewujudkan kehidupan beragama yang damai di Indonesia. Persaudaraan atas dasar satu bangsa besar, merupakan tanggung jawab sebagai warga negara yang sama, sehingga meminimalisir terjadinya konflik yang berbau SARA. Baik Muslim/Kristiani/Hindu, dan lain-lain hendaknya pro-aktif dalam meningkatkan persaudaraan. Sebab kasih sayang dan persaudaraan akan melahirkan kerukunan hidup dan kesetiakawanan social, sehingga tercapai kehidupan yang selalu diselimuti oleh damai dan kasih Tuhan, kehidupan yang rahmatan lil ‘alamin, Amin.
wallahu a'lam

referensi:
Ali Ashgar Al-Engineer, (Islam Masa Kini)
Abad Badruzaman, (Membangun Keshalehan Sosial)
Wim Beuken, dkk, (Agama Sebagai Sumber Kekerasan)
Jerald F Dirks, (Abrahamic Faiths: Titik Temu dan Titik Seteru Antara Islam, Kristen, Yahudi)
Samuel P.Huntington, (Benturan Antar Peradaban dan Masa Depan Politik Dunia).

posted under |

0 komentar:

Posting Komentar

jangan lupa tinggalkan komentar ya...trims

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

Popular Posts

Blog Archive

Diberdayakan oleh Blogger.

Followers

    Translate


Recent Comments